Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah salah satu kerajaan besar di nusantara. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-12 dan berakhir sekitar abad ke-14. Majapahit memang aktif menjadi sebuah kerajaan hanya sekitar 200 tahun saja namun apa yang telah dilakukan oleh raja-rajanya memberikan dampak yang cukup besar. Jangan ini berhasil menjadi kerajaan nasionalis memiliki daerah kekuasaan yang banyak serta memberikan peninggalan yang cukup banyak.

Mengetahui apa saja peninggalan dari kerajaan ini, bagaimana kehidupan sosial dan politiknya, siapa saja raja-raja yang pernah memimpin, hingga bagaimana runtuhnya kerajaan ini bisa menambah wawasan sejarah.

Peninggalan Kerajaan Majapahit

Peninggalan kerajaan Majapahit kebanyakkan adalah candi, yang mana akan disebutkan selengkap mungkin candi apa saja itu di poin selanjutnya. Selain candi, ada juga prasasti dan kitab yang menjadi peninggalannya. Jumlahnya masing-masing bisa dikatakan ada banyak.

Seperti misalnya di bagian prasasti, jika ditotal ada puluhan prasasti. Beberapa diantaranya adalah prasasti Butulan, Sumakerta, Karang Bogem, Ciluluk, Maribong, Hara-Hara, Kamban, Alasantan, Canggu, Biluluk, Parung, Marahi Manuk, dan masih banyak lagi.

Dari deretan kitab, total ada 15 kitab. Ada yang diketahui pengarangnya, juga ada yang tidak. deretan kitab yang diketahui pengarangnya antara lain kitab Kutaramanawa, Arjunawiwaha, Sutasoma, dan Negarakertagama. Sedangkan untuk kitab yang tidak diketahui pengarangnya, ada kitab Calon Arang, Sorandakan, Ronggolawe, Sudayana, Parathon, Usana Bali, sana Jawa, dan lain-lain.

Sejarah Kerajaan Majapahit

Sejarah Kerajaan Majapahit diawali dengan Raden Wijaya yang diketahui mendirikan kerajaan ini. Menurut prasasti dan bukti peninggalan kerajaan yang ada, Raden Wijaya mendirikan Majapahit sekitar abad ke-12 Masehi.

Majapahit dikenal sebagai kerajaan yang memiliki nasionalisme. Kerajaan Nusantara ini memiliki cita-cita yang besar untuk menyatukan seluruh daerah yang ada di Indonesia pada saat itu. Mimpi tersebut memang tercapai malahan raja-rajanya berhasil menaklukkan daerah-daerah yang saat ini berada di luar Indonesia.

Ada 6 raja yang aktif memimpin Majapahit selama kerajaan ini berdiri. Majapahit juga dikenal sebagai kerajaan agraris dan dan perdagangan. Ini disebabkan lokasi Majapahit yang sangat strategis. Pusat kerajaan ini berada di tepi sungai Brantas yang ada di provinsi Jawa Timur. Kerajaan ini berdiri terdapat kisah kejayaan, konflik, dan kehidupan-kehidupan lainnya. Majapahit runtuh pada sekitar abad ke-14 Masehi, yang mana disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus.

Tak heran jika ditemukan cukup banyak peninggalan dari kerajaan ini, seperti misalnya peninggalan berupa candi, gapura, prasasti, dan kitab. Salah satu peninggalan kitab yang terkenal adalah Kitab Sutasoma yang dikarang oleh Mpu Tantular. Sedangkan peninggalan candi yang cukup terkenal adalah candi Sukuh dan candi Cetho.

Peta Kerajaan Majapahit

Ada salah satu prasasti peninggalan Majapahit yang menjelaskan di mana saja peta kerajaan Majapahit pada saat itu. Prasasti yang dimaksud adalah prasasti Waringin Pitu dan Negarakertagama. Dalam dua prasasti tersebut dijelaskan ada sebanyak 21 negara yang menjadi bagian dari Majapahit. Disebut negara pada saat itu, bukan kota atau provinsi.

Adapun 21 negara tersebut antara lain Pawawanawwan, Pakembangan, Lasem, Mataram, Pamotan, Paguhan, Pandalasan, Kalingapura, Keling, Wirabhumi, Matahun, Singapura, Tumapel, Kabalan, Wengker, Kembangjenar, Pajang, Tanjungpura, Kahuripan, Jagaraga, dan Daha.

Letak tepatnya negara-negara ini saat ini kurang bisa diketahui. Namun yang pasti negara kekuasaan Majapahit ini tak hanya di Indonesia saja, melainkan sampai ke luar negeri. Bahkan ada bagian-bagian dari negara Singapura, Malaysia, Timor Leste, Thailand, Filipina, dan Brunei Darussalam yang menjadi bagian dari Majapahit pada saat itu.

Letak Kerajaan Majapahit

Karena selama berdiri memiliki masa kejayaan yang cukup lama dan raja-raja hebat, kekuasaan Majapahit sangatlah luas pada saat itu. Karena ini pula yang menyebabkan letak kerajaan Majapahit ada di mana-mana. Bahkan menurut sumber kredibel, jika diumpamakan persebaran peta saat ini. bagian dari kerajaan ini meluas hingga ke luar Indonesia, yaitu hingga Filipina, Timor Leste, Thailand, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura.

Namun jika yang ditanyakan adalah di mana pusatnya, jawabannya adalah berada di tepi Sungai Brantas. Lebih tepatnya lagi berpusat di Hutan Terik. Sebuah hutan yang berada di Provinsi Jawa Timur. Kemungkinan besar, menurut pernyataan para peneliti, adanya buah Maja yang terasa pahit di lokasi tersebut menjadi latar belakang penamaan kerajaan, Majapahit.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Ada lima hal yang diperkirakan menjadi penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit. Lima hal tersebut antara lain meninggalnya Hayam Wuruk dan Gajah Mada, serangan Raja Kadiri, diruntuhkan kerajaan Demak, perebutan kekuasaan antara keluarga kerajaan, dan faktor agama.

Hayam Wuruk dikenal sebagai raja di Majapahit yang mengantarkan Majaphit pada masa keemasan atau masa kejayaan. Karenanya, cukup wajar jika salah satu faktor penyebab runtuhnya Majapahti adalah meningalnya Hawam Wuruk. Ditambah lagi dengan faktor meninggalnya Gajah Mada.

Untuk diketahui, Gajah Mada adalah panglima besar dan hebat yang dimiliki kerajaan ini yang mana sekaligus menjadi orang yang sangat dipercaya Hayam Wuruk. Meninggalnya Gajah Mada membuat Hayam Wuruk kurang bersemangat, bahkan setelah Gajah Mada meninggal pun tidak ada yang menggantikannya karena posisi tersebut kemudian diambil oleh Hayam Wuruk sendiri.

Beberapa waktu sebelum Majapahit runtuh, ada serangan dari dua kerajaan yang tidak bersamaan. Dua kerajaan tersebut adalah Kadiri dan Demak. Saat itu kerajaan Kadiri dipimpin oleh Dyah Wijayakarana Girindrawardhana, yang mana kemudian menjadi salah satu raja di Majapahit.

Setelahnya, ada serangan dari kerajaan Demak yang juga menjadi alasan Majapahit runtuh. Buktinya ada di Serat Saka, di saja dijelaskan bahwa pada abad ke-14 Demak membuat Majapahit runtuh.

Faktor terakhir adalah faktor agama. Seperti yang diketahui kerajaan Demak adalah kerajaan Islam, sedangkan Majapahit adalah kerajaan Hindu. Diserangnya kerajaan Hindu oleh kerajaan Islam membuat adanya perbedaan ajaran di sana. Yang mana diketahui juga menjadi penyebab runtuhnya Majapahit.

Silsilah Kerajaan Majapahit

Ada silsilah kerajaan Majaphit singkat dan ada yang selengkap-lengkapnya. Jika membicarakan silsilah singkatnya, maka akan diurutkan dari raja yang paling awal. Adapun urutannya adalah Radan wijaya, Kalagamet, Dyah Gitarja, Hayam Wuruk, Wikramawardhana, Suhita, Kertawijaya, Rajasawardhana, Purwawisesa, Bhre Pandanalas, Bhre Kertabumi, Girindawardhana, dan diakhiri dengan Hudhara.

Raden Wijaya selaku pendiri Majapahit menikahi empat putri Raja Singasari. Setelah Raden Wijaya meninggal, ia digantikan oleh Jayanegara atau Kalagamet yang mana merupakan putra Raden Wijaya dengan selirnya.

Setelah Raden Jayanegara, Majapahit dipimpin oleh Dyah Gitarja yang merupakan adik dari Raden Jayanegara yang berbeda ibu. Dyah Gitarja tidak memiliki seorang putra, namun ia menikah dengan Cakradhara. Karena bersama Dyah Gitarja ia tidak memiliki putra, Dyah Gitarja kemudian menikah lagi dan lahirlah dua orang putra yang bernama Hayam Wuruk dan Nertaja.

Hayam Wuruk lah yang selanjutnya menjadi pemimpin Majapahit. Hayam Wuruk kemudian menikah dengan seorang selir dan lahirlah anak perempuan bernama Kusumawardhani. Ratu Kusumawardhani lah yang kemudian menjabat sebagai raja Majapahit selaku putri mahkotanya. Sebab pada saat itu, Hayam Wuruk tidak memiliki putra. Ratu Kusumawardhani memimpin Majapahit bersama Wikaramawardhana.

Bukan putra atau putri dari Wikaramawardhana dan Kusumawardhani yang menjadi raja Majapahit selanjutnya, melainkan anak dari Wikaramawardhana dengan selirnya yang kemudian diangkat menjadi raja. Namanya adalah Suhita.

Suhita memutuskan menjadi seorang pendeta di akhir kepemimpinannya. Karena tidak memiliki putra, kemudian Majapahit dipimpin oleh adiknya yang bernama Dyah Kertawijaya atau Raja Brawijaya I. Setelah Raja Brawijaya I, Majapahit kemudian dipimpin oleh Raja Brawijaya II atau Rajasawardhana.

Raja Kerajaan Majapahit

Menurut sumber sejarah, hanya ada enam raja kerajaan Majapahit saja yang pernah memerintah kerajaan nusantara ini. Raja yang pertama selaku pendirinya adalah Kertarajasa atau yang memiliki nama lain Raden Wijaya. Raden Wijaya memerintah kerajaan ini selama 16 tahun saja, tepatnya dari tahun 1293 sampai 1309. Ia berhenti memimpin kerajaan karena kematian, yang mana kemudian dilanjutkan oleh putranya yang bernama Jayanagara.

Setelah Jayanagara putra Raden Wijaya, kerajaan Majaphit kemudian dipimpin oleh Sri Gitarja yang memiliki gelar Tribhuwana Wijayatunggadewi. Memimpin selama 22 tahun, kemudian pada tahun 1350 kerajaan dipimpin oleh penerusnya yang bernama Hayam Wuruk. Di tangan Hayam Wuruk lah kerajaan ini bisa mencapai puncak kejayaannya.

Saat itu Hayam Wuruk berhasil melakukan ekspansi atau menambah banyak daerah kekuasaan sehingga Majapahit semakin luas jangkauannya. Ia memimpin Majapahit selama 39 tahun. Setelahnya, Majapahit dipimpin oleh keponakan sekaligus menantunya yang bernama Wikramawardhana.

Wikramawardhana memimpin selama 12 tahun, kemudian ia mengundurkan diri dan memutuskan untuk menjadi pendeta. Karenanya, putranya yang bernama Suhita kemudian memimpin Majapahit. Setelah 18 tahun memerintah di Majapahit, ia diteruskan oleh adiknya yang bernama Kertawijaya. Hal ini disebabkan Wikramarwadhana tidak memiliki putra. Kertawijaya adalah raja yang memiliki gelar Brawijaya I.

Setelah Brawijaya I, kepemimpinan Majapahit dilanjutkan oleh Girindrawardhana yang juga menjadi raja terakhir di kerajaan ini. Ia menjadi raja di Majapahit sampai tahun 1474 Masehi.

Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit

Sebagai salah satu kerajaan nusantara yang besar, memiliki banyak daerah kekuasaan, dan memiliki masa kejayaan yang lama, tak heran bila kerajaan ini memberikan banyak peninggalan. Salah satu jenis peninggalan kerajaan ini adalah candi. Ada sepuluh lebih candi peninggalan kerajaan Majapahit yang sampai sekarang masih sering dikunjungi wisatawan.

Beberapa candi yang merupakan peninggalan dari zaman Majapahit antara lain candi Tikus, Brahu, Bajang Ratu, Wringin Lawang, Jabung, Pari, Wringin Branjang, Surawana, Cetho, dan Sukuh.

Dua candi yang paling sering dikunjungi dan bisa dikatakan paling terkenal adalah candi Sukuh dan Cetho, yang mana keduanya berada di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Di mana candi Cetho berada di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, dan candi Sukuh berada di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso. Kedua candi ini sama-sama ditemukan pada abad ke-18.

Padahal candi ini adalah bentuk kesaksian runtuhnya kerajaan Majapahit pada abad ke-15. Candi yang dimaksud ini adalah candi Cetho. Karena ada sebagai saksi runtuhnya kerajaan, saat ditemukannya candi ini ada bagian dari candi yang telah rusak. Baru kemudian pada awal abad ke-19 dilakukan perbaikan berupa rekonstruksi oleh pemerintah.

Candi lainnya seperti candi Pari berada di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Candi Jabung terletak di Probolinggo, candi Bajang Ratu berada di Mojokerto, candi Brahu dan candi Tikus berada di Mojokerto, candi Surawana berada di Kediri, dan candi Wringin Branjang berada di Blitar.

Kehidupan Politik dan Sosial Kerajaan Majapahit

Berbicara soal kehidupan politik dan sosial kerajaan Majapahit, kerajaan ini dinilai memiliki nasionalisme pada saat itu. Sebab, kerajaan nusantara ini dahulu memiliki maksud untuk menyatukan seluruh Indonesia. Upaya untuk mewujudkan cita-cita ini besar sehinga kerajaan ini terkenal dengan kehidupan politik dan sosialnya. Masing-masing akan dibahas satu per satu.

Kehidupan politik memang ada diantara kerajaan ini. Hal ini terbukti dari ditemukannya pemberontakan yang terjadi diantara orang-orang dalam. Sedangkan perilaku ini biasa terjadi jika suatu kerajaan atau organisasi memiliki kehidupan politik.

Letak strategis dari kerajaan ini sangat mempengaruhi kehidupan sosial dari masyarakat Majapahit. Karena letaknya, banyak masyarakat kerajaan ini yang berdagang. Apa yang diperdagangkan pun berbeda-beda. Menurut sumber, mata pencaharian yang paling banyak ditemukan dan mempengaruhi kehidupan sosial adalah tukang daging, pengrajin perak, dan pengrajin emas.

Sisanya memperjual belikan komoditas rempah-rempah. Karena letak kerajaan yang strategis, mata pencaharian masyarakatnya pun terpengaruh, sehingga berimbas pada kehidupan sosial masyarakatnya. Pembangunan infrastruktur dengan intensitas tinggi juga mempengaruhi kehidupan sosialnya.

Sebelumnya telah dibahas bahwa Majapahit adalah kerajaan nusantara yang memiliki nasionalisme. Malahan, bisa disebut sebagai negara Indonesia kedua. Sebuah slogan yang masih bisa digunakan saat ini yaitu “Bhineka Tunggal Ika”, adalah slogan yang dibuat oleh Mpu Tantular dalam Kitab Sutasoma, yang mana merupakan sosok tokoh dalam masa kerajaan Majapahit.

Faktor Majapahit Menjadi Kerajaan Besar Agraris dan Perdagangan

Ada dua faktor Majapahit menjadi kerajaan besar agraris dan perdagangan sekaligus. Dua faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di kerajaan ini. faktor yang pertama adalah faktor lokasi pusat kerajaan ini berada dan faktor yang kedua adalah diberlakukannya sistem pajak. Sebenarnya, dua faktor ini sama-sama dikarenakan lokasi pusat kerajaan. Hanya saja spesifik pada faktor kedua adalah karena pajak.

Untuk faktor yang pertama, Majapahit adalah kerajaan yang berada dekat dengan sungai Bengawan Solo dan sungai Brantas, yang mana letaknya sangat mendukung untuk pertanian padi. Padi bisa tumbuh subur di daerah ini, terutama di dataran rendah wilayah Jawa Timur.

Karena padi tumbuh subur, mudah untuk ditanam, menjadikan Majapahit sebagai kerajaan agraris. Pada saat kerajaan ini berjaya, banyak dibangun infrastruktur irigasi sehingga semakin memajukan pertanian padi pada saat itu.

Faktor yang terkait pajak, disebabkan Majapahit memiliki pangkalan pelabuhan yang ramai. Pangkalan pelabuhan yang dimiliki kerajaan ini berada di bagian utara pulau Jawa. Pelabuhan-pelabuhan yang dimiliki Majapahit ini menjadi pusat untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah. Karenanya, Majapahit memberlakukan sistem pajak yang mana bisa memakmurkan kerajaan. Sistem pajak ini juga bisa dikatakan menjadi pemasukkan penting untuk kerajaan.

Makalah Kerajaan Majapahit

Ada banyak hal yang dibahas dalam makalah kerajaan Majapahit, sebab memang Majapahit adalah salah satu kerajaan nusantara yang besar. Daerah kekuasaan ada banyak, bahkan hingga sampai ke luar Indonesia. peninggalannya juga cukup banyak. Ada juga kisah menarik selama kerajaan ini berdiri.

Mempelajari kehidupan ekonomi, politik, dan sosial di kerajaan ini bisa memberikan inspirasi. Alasannya, Majapahit adalah kerajaan yang bersifat nasionalis. Malahan, di atas telah dijelaskan bahwa Majapahit bisa disebut sebagai negara Indonesia yang kedua. Runtuhnya kerajaan ini juga akan menjadi cerita yang menarik untuk diketahui.  Jadi, bukan hanya kerajaan Sriwijaya saja yang penting untuk dipelajari, tetapi juga Mahapahit.

Tinggalkan komentar