Kerajaan Samudra Pasai

Sebenarnya, Kerajaan Samudra Pasai lebih sering disebut dengan istilah kesultanan. Dimana menjadi sebuah kerajaan Islam pertama Indonesia. Adapun letaknya berada di pesisir pantai utara Sumatera. Tapi untuk keberadaannya dalam sejarah belum memiliki banyak bukti arkeologis sehingga banyak orang menganggap bahwa bahan sejarah belum bisa banyak dikaji.

Tapi, hal itu tidak membuat para sejarahwan putus asa dan tidak lagi mencari tahu semua informasi mengenai Kerajaan Samudra Pasai. Salah satu cara para sejarahwan mencari jejaknya sebagai bahan kajian melalui Hikayat Raja-Raja Pasai. Kemudian, mereka akan mengaitkannya dengan penemuan koin yang terbuat dari emas dengan campuran perak. Pada koin tersebut, terdapat nama-nama raja yang pernah bertahta untuk memimpin kerajaan ini.

Berbeda dengan Kerajaan Tarumanegara yang berada di Pulau Jawa, kesultanan yang satu ini memiliki keunikan budaya tersendiri. Bagi Anda yang belum mengetahui sejarah tentang kesultanan Samudra Darussalam, berikut sedikit ulasan yang dapat dijadikan pengetahuan.

Sejarah Kerajaan Samudra Pasai

Adanya sejarah Kerajaan Samudra Pasai diawali dengan masuknya agama Islam pertama di Indonesia. Kesultanan satu ini muncul di tanah air pada awal atau pertengahan abad ke-13 Masehi. Salah satu bukti bahwa kerajaan ini memang benar kekuasaan yang membawa agama Islam di Indonesia adalah adanya nisan kubur dari bahan granit. Dalam nisan tersebut tertulis nama kerajaan pertama. Beliau adalah Al Malik al-Saleh yang meninggal pada tahun 1297 M di bulan Ramadhan.

Tapi perlu Anda ketahui, bahwa Al Malik al-Saleh bukanlah pendiri dari kerajaan Samudera Pasai ini. Karena waktu kesultanan ini berdiri, raja yang memiliki nama asli Marah Silu langsung diangkat oleh pendirinya untuk memerintah. Namun, berdasarkan cerita yang berasal dari negara lain memiliki pendapat lain mengenai adanya kesultanan ini.

Perbedaan tersebut berasal dari nama yang juga pastinya akan mempengaruhi jalan sejarah dari Samudera Pasai. Salah satu negara menjelaskan bahwa nama dari kerajaan ini sebenarnya dipisah antara Samudra dengan Pasai. Tapi, menurut catatan Tiongkok tidak ada pemisahan nama untuk kerajaan ini sehingga memang menjadi satu kesatuan atau sama.

Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai

Terdapat banyak peninggalan Kerajaan Samudra Pasai yang sudah tercatat dalam sejarah Indonesia. Mulai dari dirham, nisan, hingga makam dari raja-raja yang pernah memimpin sehingga menjadi bukti yang konkret bahwa Samudra Darussalam memang benar-benar ada. Dirham di zaman dulu tidak menggunakan bahan kertas, melainkan emas murni yang tanpa diberi campuran berbahan kimia apapun.

Selain itu, ada juga lonceng yang cukup besar dimana banyak orang menganggap bahwa peninggal satu ini keramat. Peninggalan satu ini adalah suatu hadiah yang diberikan oleh kekaisaran Cina pada Sultan Samudra Pasai. Sedangkan peninggalan lainnya, berbentuk nisan dan keramat yang sudah jelas membuktikan keberadaan kesultanan ini.

Tapi, ada satu lagi peninggalan yang sepertinya butuh untuk dijelaskan yaitu naskah surat Sultan Zainal Abidin. Dimana surat tersebut dibuat oleh Sultan Zainal Abidin dengan bahasa Arab yang menjelaskan tentang keadaan Samudra Pasai kepada wakil Raja Portugis di India.

Letak Kerajaan Samudra Pasai

Letak Kerajaan Samudra Pasai berada di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh bagian Utara. Tepatnya berada di pesisir pantai sebelah utara di Sumatera sehingga tidak heran jika memang wilayahnya terbilang kecil. Letaknya yang ada di pesisir membuat aktivtas perdagangan rempah mudah dilakukan.

Karena, lokasi di Sumatera Utara memang terbilang strategis dan mampu mempermudah untuk mendapatkan penghasilan dan menjadi jalur Internasional. Tapi, untuk letaknya masih berupa perkiraan yang disebabkan oleh sulitnya untuk menemukan bekas-bekas adanya kesultanan. Perbatasan dari wilayah kerajaan ini bersinggungan dengan wilayah Raja Manicopa dan berbatasan dengan Negeri Batak.

Stempel Kerajaan Samudra Pasai

Stempel Kerajaan Samudra Pasai adalah salah satu peninggalan yang berhasil ditemukan untuk dijadikan bahan sejarah. Peninggalan ini ditemukan di wilayah Kuta Krueng, salah satu desa di Aceh Utara. Setelah diteliti lebih dalam, perkiraan stempel ini dimiliki oleh raja yang bertahta pada kepemimpinan kedua. Beliau bernama Sultan Muhamad Malikul Zahir dimana namanya juga dijadikan kalimat dalam stempel tersebut.

Diketahui, bahwa stempel tersebut digunakan pada masa Kerajaan Samudra Pasai sejak abad I hingga V tahun hijriah. Untuk ukurannya tidak terlalu besar, kira-kira hanya 2×1 cm dan tidak berat sama sekali. Sedangkan bahannya tidak dibuat dari logam, besi, maupun batu melainkan menyerupai tanduk hewan.

Tapi, ketika stempel ini ditemukan kondisinya sudah tidak utuh lagi karena memang kerajaan ini tertua di nusantara. Jadi, sedikit sulit bagi para penemu untuk meneliti apakah benda tersebut memang benar peninggalan Samudra Pasai atau tidak.

Pendiri Kerajaan Samudra Pasai

Pendiri Kerajaan Samudra Pasai adalah seorang laksamana laut dari Mesir bernama Nazimuddin Al Kamil. Waktu itu, ia diperintahkan untuk merebut pelabuhan kambayat di Gujarat di tahun 1238 Masehi. Tujuannya untuk menjadikan tempat tersebut sebagai lokasi pemasaran beberapa barang dagangan dari wilayah Timur.

Kemudian ia mendirikan satu kerajaan di Pulau Sumatra yang tujuannya untuk bisa mendapatkan hasil rempah dan lada. Agar semua bisa berjalan dengan baik, beliau memerintahkan Marah Silu yang sudah berganti nama menjadi Sultan Malik As-Saleh sebagai raja pertama.

Hasil rempah dan lada yang didapatkan di wilayah tersebut lumayan banyak sehingga pendapatan penduduk lumayan banyak. Tak membutuhkan waktu lama untuk mencapai tujuan Nazimuddin Al Kamil dalam mendirikan kerajaan ini. Beliau bisa bergerak cepat karena memang sebelumnya sudah ada target apa yang akan dicapai nantinya.

Raja Kerajaan Samudra Pasai

Terdapat sekitar 20 raja Kerajaan Samudra Pasai yang pernah bertahta disini. Tapi, hanya tercatat tiga raja saja yang bisa mencapai masa kejayaan. Mereka adalah Sultan Malik As Saleh sebagai pemimpin pertama, Sultan Muhammad Az-Zahir periode kedua, dan terakhir adalah Sultan Mahmud Malik Az-Zahir.

Sedangkan raja-raja yang lainnya memang memimpin dalam waktu cukup lama, namun hasil dari kepemimpinannya itu tidak memberikan perubahan yang signifikan. Bahkan, terjadi beberapa masalah yang membuat masalah tersebut semakin lama menjadi pemicu runtuhnya Samudra Darussalam. Ada satu periode raja yang memimpin kurang berhasil, maka akan berpengaruh pada raja selanjutnya yang belum tentu bisa memperbaiki masalah yang ada sebelumnya.

Meskipun begitu, Kerajaan Samudra Pasai memiliki masa berdiri cukup lama dan menjadi kesultanan tertua. Tidak heran jika banyak orang yang sudah mendengar bahwa kekuasaan ini memang ada tapi bukti-bukti keberadaannya sulit ditemukan. Meskipun ada beberapa peninggalan yang sudah ditemukan tapi dalam keadaan tak utuh lagi. Salah satunya adalah stempel dan Dirham ditemukan dalam kondisi kurang sempurna.

Kehidupan Politik dan Sosial Kerajaan Samudra Pasai

Kehidupan Politik dan Sosial Kerajaan Samudra Pasai pun tidak jauh beda dengan kondisi peninggalan yang sudah ditemukan. Yaitu tidak diketahui secara jelas bagaimana kondisinya waktu itu. Namun, yang ditemui oleh sejarawan dalam beberapa kajiannya ada beberapa hal yang terjadi berkaitan dengan masalah politik dan sosial.

Dalam kehidupan politik, diketahui bahwa dalam struktur pemerintahan terdapat istilah menteri, syahbandar, dan kadi. Untuk anak-anak sultan pun sudah disiapkan gelar yaitu Tun. Jadi, semua orang yang ada dalam pemerintahan Samudra Pasai dan garis keturunannya pasti memiliki gelar.

Tapi ketika di masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik az-Zahir, kerajaan Perlak menggabungkan diri menjadi satu dengan kedaulatan Pasai. Hasil dari penggabungan tersebut membuat Sultan Mansur diletakkan di Samudra. Namun, tak lama dari itu kawasan Samudra menjadi satu dengan Pasai. dan menjadikan Lide (Kerajaan Pedir) menjadi kerajaan yang ada di bawah Pasai.

Sementara di waktu yang sama, Pasai tercatat memiliki hubungan kurang baik dengan Nakur yang mengakibatkan terjadinya perang. Karena hal ini, akhirnya Sultan Pasai punĀ  terbunuh.

Sedangkan untuk kehidupan sosialnya, semua terlihat baik-baik saja selama kerajaan ini ada. Dimana penilaian tersebut dilihat dari aturan-aturan dan hukum Islam yang memang dijalankan oleh seluruh penduduk dengan baik. Bahkan, dalam pelaksanaannya banyak terjadi persamaan dengan kehidupan di Mesir dan Arab.

Masa Kejayaan Kerajaan Samudra Pasai

Seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan kerajaan, masa kejayaan Kerajaan Samudra Pasai yang benar-benar memberikan dampak perkembangan hanya tiga periode saja. Dimana ketika masa kepemimpinan Sultan Malik As-Saleh yang memegang periode pertama dapat menguasai Selat Malaka yang terkenal sebagai pusat perdagangan terbesar. Pada tahun 1927 Masehi, Samudra Pasai mampu mengekspor sutra, lada, kapur barus.

Sedangkan di periode Sultan Muhammad Az-Zahir selaku raja kedua mampu meresmikan mata uang Dirham sebagai alat pembayaran pada kegiatan perdagangan. Sedangkan masa kepemimpinan terakhir yang berhasil mencapai masa kejayaan adalah Sultan Mahmud Malik Az Zahir.

Beliau dapat memajukan sektor perdagangan terutama rempah dan lada. Bahkan, beberapa stock barang ada yang sudah berada di Cina. Dengan demikian, pembeli dari sana tidak perlu jauh-jauh untuk mendatangi wilayah ketika hendak membeli hasil rempah, lada dan daganganĀ  yang lain.

Jika dilihat dari ketiga masa kejayaan ini sudah dapat dipastikan bahwa kemakmuran penduduk di periode mereka terjamin. Karena, keberhasilan seorang pemimpin dalam membawa wilayahnya tergantung pada apapun yang dicapai. Jika kondisi perekonomian dan sosial sudah baik maka tidak perlu diragukan lagi untuk kekuatan dan keutuhan suatu kerajaan layaknya sebuah kerajaan mataram kuno.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai

Sesuai dengan catatan sejarah yang ada, dua faktor penyebab runtuhnya Kerajaan Samudra Pasai. Kedua faktor tersebut berasal dari internal maupun eksternal. Jika dilihat dari faktor internal terlebih dahulu, ada dua hal yang memicu runtuhnya Kerajaan ini yaitu pemimpin setelah Sultan Malik Al Tharir dinilai kurang cakap. Karena minimnya kecakapan para penerus, akhirnya secara perlahan Samudra Pasai mengalami kemunduran dan menjadi pemicu utama terjadinya keruntuhan ini.

Selain itu, terjadinya perebutan kekuasaan juga dinilai memicu terjadinya masalah. Perebutan ini ada di masa kepemimpinan Sultan Zainal Abidin yang waktu itu memang ada pemberontakan. Secara otomatis, kekuatan dari kerajaan ini pun melemah dan kurang adanya persatuan untuk melawan pemberontakan tersebut.

Sedangkan untuk faktor eksternal, terjadi penyerangan dari Kerajaan Majapahit yang mengakibatkan beberapa bagian Kerajaan Samudra Pasai tak lagi bisa dipertahankan. Tapi ternyata, tidak hanya ada penyerangan dari Majapahit saja, tak lama Portugis pun juga turut menyerang.

Dimana saat itu mereka memanfaatkan konflik internal yang terjadi pada waktu bersamaan. Untuk penyebab lainnya, adanya kalah saing dengan Pelabuhan Malaka sehingga perdagangan di Pasai mulai surut. Hal tersebut membuat kerajaan mengalami kerugian karena pengiriman lada secara mendadak harus dibatalkan untuk dikirim.

Dari semua penyebab yang sudah disebutkan di atas, tidak heran jika kerajaan Samudra Darussalam ini sampai mengalami keruntuhan.

Silsilah Kerajaan Samudra Pasai

Untuk silsilah Kerajaan Samudra Pasai pasti mengenai urutan raja dari periode pertama hingga masa keruntuhan. Sesuai dengan sejarah yang sudah dijelaskan, kerajaan ini dipimpin pertama kali oleh Sultan Malik As Saleh yang memimpin selama 30 tahun.

Sudah banyak keberhasilan yang didapatkan untuk meningkatkan nama baik dari kerajaan. Kemudian, tahtanya sebagai raja diteruskan oleh Sultan Al Malik At Tahir yang juga bisa mencapai beberapa keberhasilan. Terutama di bidang ekonomi yang berkembang dengan baik sehingga penduduk dalam keadaan makmur.

Periode ketiga, Sultan Ahmad memimpin mulai dari tahun 1326 yang mengalami sedikit perkembangan namun jauh pula dari kata kemunduran. Selanjutnya, tahta didapatkan oleh Sultan Malik At Tahir II yang juga berhasil mencapai keberhasilan dan memberikan dampak baik pada kerajaan.

Tapi, sejak berakhirnya masa kepemimpinan Malik At-Tahir, secara perlahan Samudra Pasai tidak mengalami perubahan bahkan justru kemunduran. Yaitu mulai dari Sultan Zainal Abidin I, Ratu Nahrasiyah, Zainal Abidin, Salahuddin, Ahmad II, Abu Zaid Ahmad III, Ahmad IV, Mahmud, Zainal Abidin III, Muhammad Syah II, Al-Kamil, Abdlullah, Muhammad Syah III, Abdullah, Ahmad V, dan terakhir Zainal Abidin IV.

Dari silsilah di atas, merupakan urutan raja secara lengkap yang memiliki gelar Sultan untuk bertahta di kerajaan ini. Ada yang melalui garis keturunan secara langsung, tapi beberapa ada pula yang berhasil menduduki tahta karena sebagai keponakan.

Setiap turunnya tahta pada periode selanjutnya memang memiliki harapan kemajuan untuk penduduk dan wilayah. Tapi ternyata beberapa pemimpin ada yang kurang berhasil dalam membawa kerajaan ini. Dengan demikian dampaknya juga kurang baik bagi periode selanjutnya.

Makalah Kerajaan Samudra Pasai

Makalah Kerajaan Samudra Pasai adalah sebuah kajian yang ditujukan oleh pembuat untuk memberikan tambahan wawasan kepada para pembaca. Pembuatannya ini pasti sudah berdasarkan berbagai sumber sejarah termasuk dari para sejarawan dan telah meneliti secara langsung.

Biasanya makalah ini dibutuhkan oleh anak-anak yang menempuh pendidikan di jurusan sosial. Tapi, pada jenjang tertentu sejarah ini memang harus diketahui oleh para pelajar agar bisa menjadi generasi muda yang tidak melupakan kisah masa lalu. Indonesia yang saat ini bisa ditinggali dengan tentram tidak akan ada tanpa adanya sejarah.

Apalagi Samudra Pasai sebagai kerajaan yang terkenal menjadi kesultanan tertua. Masa periode berdirinya kerajaan ini pun tidak sebentar sehingga sebenarnya banyak ukiran sejarah yang perlu diingat oleh semua orang.

Meskipun hingga saat ini sudah jarang orang yang ingin mencari tahu tentang apa yang terjadi di masa lampau. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk seorang sejarawan nanti akan menemukan hal baru yang berkaitan dengan Samudra Pasai.

Dengan begitu, sejarah tentang Kerajaan Samudra Pasai bisa diketahui lebih detail dan jelas. Mulai dari wilayahnya hingga peninggalan yang ada sampai saat ini. Baik dalam keadaan sedikit rapuh maupun yang sudah benar-benar tampak rangkanya saja. Hal ini akan membuat kisah dari kerajaan ini tidak sampai dilupakan seiring berjalannya waktu.

Tinggalkan komentar