Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari merupakan kerajaan bercorak Hindu-Budha yang berdiri di Jawa Timur dan menjadi bentuk pemerintahan yang termasuk awal. Tentunya juga sebelum Majapahit. Anda mungkin sering menemukan ulasan tentang kerajaan yang erat kaitannya dengan Candi Singasari yang merupakan Candi Siwa yang terdapat beberapa arca Siwa yang mengelilingi taman Candi.

Candi Singasari dibangun di atas batur kaki yang memiliki ketinggian 1,5 meter. Di sekitar kaki ini tidak dilengkapi relief. Pintu masuk candi yang menghadap selatan berada di depan sebuah bilik kecil.

Kerajaan ini mulanya didirikan oleh Ken Arok. Kerajaan ini mengalami masa kejayaan pada pemerintahan raja terakhirnya, yakni Kertanegara. Lebih lengkapnya, simak pembahasan berikut ini.

Peninggalan Kerajaan Singasari

Meski masa kejayaan Kerajaan Singasari terbilang singkat, tapi terdapat beberapa peninggalan Kerajaan Singasari yang masih ada hingga saat ini. Beberapa di antaranya yakni Candi Singasari.

Candi Singasari bertempat di Desa Candirenggo. Tepatnya di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Candi ini juga dikenal dengan nama Candi Cungkup dan Candi Menara. Diberi nama demikian karena pada zaman dulu candi ini dikenal sebagai candi tertinggi. Diperkirakan candi ini dibangun pada tahun 1300 masehi untuk menghormati sosok Raja Kertanegara.

Candi singasari mengalami pemugaran di zaman Belanda, tepatnya tahun 1930. Namun, proses pemugaran ini belum dilaksanakan secara menyeluruh. Di sekitar candi masih terdapat tumpukan batu dan beberapa arca yang rusak.

Mulanya relung yang terdapat dalam candi ini diisi oleh arca. Namun saat ini sudah dikosongkan dan pada setiap pintu relung terdapat kepala kala dengan pahatan yang berbeda-beda. Puncak atap candi Singasari membentuk meru yang bersusun dan semakin mengecil di bagian puncak.

Di Singosari, juga terdapat Candi Sumberawan yang berbentuk stupa. Letaknya di Desa Toyomarto, Kec. Singosari, Kabupaten Malang, Jatim. Candi yang ditemukan pada tahun 1904 ini telah mengalami pemugaran di tahun 1937 yakni ketika zaman Hindia Belanda. Namun, proses pemugaran hanya di bagian kaki candi saja. Sementara bagian lain dari candi direkonstruksi seadanya. Candi Sumberawan adalah satu-satunya stupa di Jawa Timur yang memiliki bentuk bujur sangkar dan tidak terdapat tangga serta relief.

Candi ini tidak dilengkapi tangga seperti halnya candi lainnya. Hal ini menjadikan bagian dalam candi dimanfaatkan untuk tempat penyimpanan benda. Menurut perkiraan, candi ini memang hanya digunakan sebagai lokasi pemujaan saja. Menurut ahli purbakala, Candi Sumberawan dulunya mempunyai nama Kasungganan. Nama ini cukup terkenal dalam kitab negarakertagama. Hayam Wuruk pernah mengunjungi candi ini pada tahun 1359 M ketika ia melakukan perjalanan.

Sejarah Kerajaan Singasari

Sejarah kerajaan Singasari dapat dikatakan cukup singkat. Hal ini disebabkan terjadinya sengketa dalam internal kerajaan, yaitu perebutan takhta. Ketika kerajaan tengah sibuk dalam mengirimkan armada perang ke daerah di luar Jawa, akhirnya kerajaan ini mengalami keruntuhan. Kisah tersebut bermula pada tahun 1222 masehi.

Awalnya, di daerah tersebut berdiri kerajaan Tumapel. Kerajaan Tumapel merupakan daerah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri. Penguasa kerajaan Tumapel (akuwu) pada saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh pengawalnya sendiri yakni Ken Arok. Setelah kematian Tunggul Ametung, Ken Arok kemudian menjadi akuwu baru dan menikahi istri Tunggul Ametung, Ken Dedes. Pada masa pemerintahannya, Ken Arok berkeinginan untuk melepas Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kadiri.

Pada tahun 1254, terjadi peperangan Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Tumapel. Peperangan tersebut dimenangkan oleh pihak Tumapel. Dari perseteruan tersebut, Ken Arok mengangkat dirinya sebagai raja pertama Kerajaan Singasari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.

Peninggalan lain yang tak kalah unik dan mengandung pesan sejarah adalah prasasti Manjusri. Prasasti ini dipahat di belakang Arca Manjusri yang dibuat pada tahun 1343. Dulu, prasasti Manjusri bertempat di candi jago. Namun saat ini telah dipindahkan ke Museum Nasional.

Prasasti ini menceritakan rencana Adityawarman yang membangun candi tambahan di dekat candi Jago. Namun nyatanya tidak ditemukan sisa bangunan di daerah candi Jago. Prasasti ini dipahat dalam bahasa sansekerta menggunakan aksara jawa kuno. Terdapat dua bagian prasasti, yaitu yang berada di bagian atas Bodhisatwa dan di bagian belakang arca.

selain peninggalan-peninggalan di atas, terdapat pula beberapa peninggalan lain. Peninggalan-peninggalan tersebut adalah Arca Ganesha, Prasasti Kudadu, Pemandian Suci, Mandala Amoghapasa, Prasasti Mula Malurung, dan Arca Prajnaparamita.

Letak Kerajaan Singasari

Letak Kerajaan Singasari terletak di daerah Tumapel, yakni sebelah timur dari Gunung Kawi. Saat ini daerah tersebut dikenal sebagai daerah Singosari di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Pusat Kerajaan Singasari berada di Kelurahan Kotalama, Kec. Kedungkandang, Kota Malang. Secara geografis, lokasi ini bertempat di Kota Malang bagian timur. Pusat pemerintahan Kerajaan Singasari dikenal dengan nama Kutobedah. Pusat pemerintahan ini sangat strategis dan juga berfungsi sebagai benteng.

Dengan adanya letak strategis, ada beberapa peninggalan yang membuktikannya. Seperti Prasasti Singasari. Prasasti Singasari didirikan pada tahun 1351 M. Saat ini Prasasti Singasari disimpan dalam museum Gajah. Prasasti ini ditulis sebagai pengingat pembangunan Caitya (candi pemakaman). Pembangunan Caitya dilakukan oleh Gajah Mada. Bagian awal prasasti Singasari merupakan pentarikhan tanggal secara rinci seperti letak benda-benda angkasa. Sementara itu, bagian kedua bercerita tentang isi prasasti yaitu pariwara pembuatan Caitya.

Di tempat yang masih satu area, ada juga Prasasti Wurare. Prasasti ini berisi peringatan penobatan arca Mahaksobhya. Karena arca tersebut dinobatkan di daerah Wurare, maka prasasti ini dinamakan Prasasti Wurare. Tulisan pada prasasti menggunakan bahasa Sansekerta. Isi dari prasasti adalah penghormatan untuk Kertanegara yang telah dianggap mencapai derajat Buddha Agung.

Kehidupan Politik dan Sosial Kerajaan Singasari

Kehidupan Politik dan Sosial Kerajaan Singasari diceritakan dalam kitab Negarakertagama dan Pararaton. Wilayah kekuasaan Kerajaan Singasari berhasil diperluas oleh Sri Maharaja Sri Kertanegara dengan berbagai cara. Di bidang pemerintahan, ia memelihara keamanan kerajaan melalui perkawinan politik dan mengganti beberapa posisi pejabat kerajaan.

Dari kedua tersebut tercipta pemerintahan yang kuat, stabil, dan solid. Selain itu, Kertanegara juga menjalankan ekspedisi Pamalayu ke beberapa kerajaan. Beberapa kerajaan tersebut adalah Kerajaan Sunda, Bali, Pahang, dan Melayu. Cara lain yang dilakukan Kertanegara adalah dengan menjalin kerja sama dengan Kerajaan Campa.

Berdasarkan kitab Pararaton dan Negarakertagama, masyarakat kerajaan Singasari memiliki kehidupan sosial yang aman dan damai. Bahkan, di era pemerintahan Ken Arok, kehidupan religius masyarakat di sana telah maju. Hal ini disebabkan pada kerajaan Singasari telah berkembang ajaran Siwa Buddha yakni Tantrayana. Kitab suci yang mereka gunakan adalah kitab suci Tantra. Selama kerajaan ini berdiri telah banyak peninggalan-peninggalan kebudayaan yang masih ada hingga saat ini. Baik itu dalam wujud candi, prasasti, hingga patung.

Baca juga : Kerajaan Demak – Peninggalan, Sejarah, Pendiri, dan Raja

Pendiri Kerajaan Singasari

Dalam naskah Nagarakretagama, disebutkan pendiri kerajaan Tumapel adalah Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Dikisahkan ia berhasil mengalahkan Kertajaya, yakni Raja Kerajaan Kadiri. Berdasarkan isi prasasti Mula Malurung, kerajaan Tumapel didirikan oleh Bhatara Siwa.

Nama tersebut mungkin merupakan gelar anumerta yang dimiliki oleh Ranggah Rajasa. Hal ini disebabkan pada kitab Nagarakretagama, orang yang mendirikan kerajaan Tumapel dipuja sebagai Siwa. Kitab Pararaton juga menyebutkan bahwa Ken Arok Setelah menggunakan gelar Bhatara Siwa sebelum ia berperang melawan Kerajaan Kadiri.

Salah satu peninggalan yang melambangkan kehidupan di kerajaan ini adalah Candi Jago. Nama candi ini diambil dari kata “Jajaghu” dari Kitab Negarakertagama. Candi ini mulai dibangun pada abad ke-13. Jajaghu yang berarti keagungan ini merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan tempat suci. Lokasi candi ini berada di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kec. Tumpang, Kab. Malang, Jawa Timur. Menurut cerita warga sekitar, dulu candi ini pernah tersambar petir sehingga membuat bangunannya hanya tersisa sebagian.

Terdapat relief Pancatantra dan Kunjarakarna di bagian dinding candi. Candi jago dibangun dengan teras punden berundak. Total panjangnya mencapai 23,71 meter. Dengan lebar punden 14 meter dan tinggi 9,97 meter.

Pada bagian timur laut dari Candi Jago, dapat disaksikan rangkaian kisah Buddha tentang Yaksa Kunjarakarna. Ia pergi menuju Sang Wairocana yakni dewa tertinggi untuk mempelajari ajaran Buddha. Terdapat patung yang dulu berada di kawasan candi Jago. Patung tersebut merupakan lambang Dewi Bhrkuti.

Di teras ketiga Candi Jago terdapat kisah Arjunawiwaha yang meriwayatkan pernikahan Dewi Suprabha dengan Arjuna. Kisah ini merupakan hadiah Batara Guru setelah Arjuna berhasil membunuh Niwatakawaca.

Raja Kerajaan Singasari

Selama berdiri, telah banyak Raja Kerajaan Singasari yang memimpin pemerintahan, di antaranya yakni:

  • Ken Arok

Raja ini memerintah sejak tahun 1222 hingga 1227 masehi. Kemudian, ia pun tewas terbunuh di tahun 1227 masehi karena dibunuh oleh suruhan Anusapati.

  • Anusapati

Setelah kematian Ken Arok, Anusapati memimpin pemerintahan hingga tahun 1248 M. Meski masa pemerintahannya cukup lama, tapi tak banyak perkembangan yang dilakukan Anusapati. Anusapati tewas dibunuh oleh Tohjoyo yang mengundangnya hadir dalam pesta sabung ayam.

  • Tohjoyo

Ia memerintah tepat setelah meninggalnya Anusapati. Namun, masa pemerintahannya tak berlangsung lama. Hal ini disebabkan Ranggawuni, anak Anusapati ingin menuntut balas kematian ayahnya. Akhirnya Ranggawuni yang dibantu Mahesa Cempaka berhasil menjatuhkan Tohjoyo dari tahta.

  • Ranggawuni

Ranggawuni menduduki tahta sejak 1249-1272 M. Pada masa pemerintahannya ia berhasil memberikan kedamaian hingga tahun 1254 M. Kemudian anaknya yang bernama Kertanegara naik tahta menggantikan dirinya.

  • Kertanegara

Masa pemerintahannya sejak tahun 1272-1292 M. Ia menjadi raja terakhir sekaligus raja terbesar karena memiliki impian untuk menyatukan nusantara.

Silsilah Kerajaan Singasari

Terdapat dua versi silsilah Kerajaan Singasari, yakni berdasarkan kitab Pararaton dan kitab Nagarakretagama. Pada kitab Pararaton dikisahkan raja yang pernah memerintah adalah Ken Arok (1222-1247 M). Raja kedua yakni Anusapati (1247-1249 M). Ketiga adalah Tohjoyo (1249-1250 M). Keempat yaitu Ranggawuni (1250-1272 M), dan raja terakhir adalah Kertanegara (1272-1292).

Sementara pada kitab Nagarakretagama, diceritakan raja pertama bernama Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222-1227 M). Kemudian raja kedua adalah Anusapati (1227-1248 M). Raja ketiga adalah Wisnuwardhana (1248-1254 M). Kemudian raja keempat adalah Kertanegara (1254-1292 M).

Banyak kisah tentang kerajaan ini dan silsilahnya yang seperti dilindungi oleh perlambang Arca Dwarapala. Arca Dwarapala merupakan patung berwujud penjaga gerbang dengan rupa manusia yang seperti monster. Dwarapala ditempatkan pada bagian luar kuil, candi, atau bangunan lainnya. Tujuannya agar arca ini bertindak sebagai pelindung tempat suci. Arca ini dibangun menggunakan bahan batu monolitik. Tinggi arca mencapai 3,7 meter. Terdapat dua arca di pintu masuk Candi Singasari. Sekilas, kedua arca terlihat kembar. Namun yang membedakan adalah posisi kedua tangannya.

Selain itu, ada juga bangunan yang menunjukkan banyak informasi tentang raja-raja yaitu Candi Kidal. Candi ini adalah warisan yang digunakan sebagai bentuk penghormatan bagi Anusapati. Nuansa budaya Jawa Timur sangat kental pada bangunan candi ini. Pada candi Kidal diceritakan kisah Garudeya, yakni mitologi Hindu yang mengandung pesan pembebasan budak.

Candi ini dibuat menggunakan material batu andesit dengan dimensi geometris vertikal. Bagian badan candi Kidal tampak lebih kecil dibandingkan luas kakinya. Hal ini membuat candi Kidal tampak ramping. Di bagian kaki candi terdapat hiasan sabuk melingkar. Atap candi terdiri dari 3 tingkat yang merupakan ciri khas candi agama Hindu.

Masa Kejayaan Kerajaan Singasari

Masa kejayaan Kerajaan Singasari adalah ketika berada di pemerintahan Kertanegara. Pada masa pemerintahannya, Kertanegara mengemukakan gagasan politik guna memperluas wilayah kekuasaannya. Selama mememerintah, ia memiliki gelar yakni Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara.

Salah satu bangunan yang berhubungan dengan masa ini adalah Candi Jawi atau Candi Jajawa. Candi ini dibangun sekitar abad ke-13 san merupakan peninggalan Hindu Budha. Letak candi ini di kaki Gunung Welirang, Pasuruan, Jawa Timur. Diduga, dahulu candi ini digunakan untuk tempat peribadatan umat Buddha.

Di tempat ini juga merupakan lokasi penyimpanan abu Raja Kertanegara. Sebagian abu disimpan pula di Candi Singasari. Candi Jawi berada di luas area 40 x 60 meter persegi. Di sekelilingnya terdapat parit yang dihiasi bunga teratai. Candi ini memiliki tinggi 24,5 meter dan panjang 14,2 meter. Sementara lebarnya yakni 9,5 meter.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Singasari

Penyebab runtuhnya Kerajaan Singasari adalah karena munculnya serangan yang berasal dari Jayakatwang. Jayakatwang mulanya merupakan raja kecil di Kadiri yang tunduk dan taat pada Raja Kertanegara. Namun, Jayakatwang mendapat hasutan oleh patihnya sendiri untuk membalas dendam atas kematian Kertajaya, buyut Jayakatwang. Jayakatwang juga dihasut oleh Arya Wiraraja dari Madura untuk melakukan pemberontakan terhadap kerajaan Singasari. Tujuan pemberontakan ini adalah untuk merebut dan membangun kembali Kerajaan Kadiri seperti dulu. Akhirnya, Jayakatwang termakan hasutan tersebut dan merencanakan penyerangan.

Jayakatwang menyiapkan prajurit dengan jumlah besar beserta persenjataannya. Kejadian penyerangan pasukan Jayakatwang bertepatan dengan pengiriman perajurit kerajaan Singasari ke luar Jawa. Hal ini membuat pertahanan sekutu menjadi lemah. Pada waktu yang bersamaan, Kertanegara juga tengah memiliki konflik dengan Khubilai Khan. Akhirnya kerajaan Singasari diserbu oleh kedua kerajaan dari jurusan utara dan selatan. Hal ini membuat seluruh perajurit dan Raja Kertanegara gugur pada pertempuran tersebut.

Kehidupan Agama Kerajaan Singasari

Kehidupan agama kerajaan Singasari mulai tertata setelah pergantian nama ibu kota menjadi Singasari. Sejak saat itu, Wisnuwardhana mendirikan candi dan prasasti. Kemudian pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, terjadi Sinkretisme agama Hindu dan Buddha menjadi ajaran Siwa-Budha.

Dari sinkretisme ini muncul aliran Tantrayana. Raja Kertanegara sendiri juga merupakan penganut aliran Tantrayana. Kehidupan beragama masyarakat di sana saat itu banyak tercatat dalam kitab Nagarakretagama dan Pararaton. Dalam kitab tersebut nama Kertanegara juga sering disebut sebagai Bhatara Siwa Budha. Berdasarkan catatan sejarah lain, Kertanegara dikisahkan telah menguasai ajaran Hindu dan Buddha secara sempurna.

Makalah Kerajaan Singasari

Makalah Kerajaan Singasari dapat membuat pembaca lebih mendalami pengetahuan tentang kerajaan tersebut. Setelah mendapatkan pengetahuan yang dalam, diharapkan pembaca dapat berpikir secara tepat. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan pembaca dari kesimpulan yang bersifat salah dan kabur.

Demikian ulasan lengkap yang dapat disajikan mengenai kerajaan Singasari. Semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan kebudayaan serta sejarah Indonesia.

Tinggalkan komentar