Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan nusantara yang lebih banyak berjaya dan memiliki banyak daerah kekuasaan yang luas. Berdirinya kerajaan ini pun cukup lama, yakni dimulai berdirinya pada abad ke-7 setelah zaman praaksara berakhir dan menjemput keruntuhannya pada abad ke-14. Ada beberapa faktor yang membuat kerajaan besar ini runtuh.

Sriwijaya selama berdiri sebagai kerajaan telah dipimpin oleh banyak raja yang silih berganti. Ada raja yang dikenal sebagai pendiri kerajaan ini dan berhasil menaklukkan banyak daerah untuk dikuasai, raja yang paling terkenal dan berhasil menaklukkan dua kerajaan sekaligus, dan raja-raja lainnya yang berhasil memimpin kerajaan ini dengan baik.

Dalam kesempatan kali ini akan dibahas selengkap mungkin tentang kerajaan Sriwijaya. Mulai dari apa saja peninggalannya, bagaimana sejarahnya, di mana lokasinya, apa saja peninggalannya, siapa saja raja yang pernah memimpin, bagaimana masa kejayaannya, bagaimana keruntuhannya, hingga silsilah raja-raja di Sriwijaya.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Peninggalan kerajaan Sriwijaya diklasifikasikan menjadi tiga jenis benda, yaitu prasasti, candi, dan gapura. Untuk prasasti, kerajaan ini telah meninggalkan prasasti dengan jumlah yang cukup banyak dan cukup besar persebarannya. Sebab, prasasti dari kerajaan ini tidak hanya ditemukan di dalam Indonesia saja.

Prasasti dari kerajaan ini ditemukan di luar Palembang yang mana sebagai kota pusat kerajaan ini dan juga di luar Indonesia. Adapun lokasi ditemukannya prasasti dari kerajaan ini atau menceritakan Sriwijaya yang ada di luar negeri antara lain dari Kamboja, Cina, Sri Lanka, Thailand, dan India. Apa saja nama prasasti yang menceritakan Sriwijaya akan dibahas selanjutnya.

Selain prasasti, kerajaan ini juga memberi peninggalan berupa candi dan gapura. Adapun candi yang dimaksud adalah Candi Muaro Jambi dan Candi Muara Takus. Untuk gapura, namanya Gapura Sriwijaya.

Candi Muara Takus sebagai salah satu peninggalan Sriwijaya terletak di desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Candi ini dulunya sebagai salah satu pusat Sriwijaya. Dikatakan ‘salah satu’ karena pusat utama dan yang paling besar dari kerajaan Sriwijaya adalah berada di Palembang, tepatnya di Kecamatan Ilir.

Candi Muaro Jambi berada di Jambi dan ditemukan oleh Crooke pada tahun 1824. Diperkirakan candi ini dibangun sekitar abad ke-9 sampai 12. Gapura Sriwijaya yang dimaksud adalah deretan gapura yang berjumlah sembilan. Peninggalan ini berada di Dusun Rimba, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.

Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Sejarah kerajaan Sriwijaya perlu dipelajari dalam sejarah. Sebab kerajaan ini juga menjadi salah satu kerajaan nusantara yang ada, cukup lama bertahan, dan menjadi kerajaan yang besar pada saat itu. Cukup banyak peninggalan dan cerita sejarah yang menarik dari kerajaan yang berada di tepi Sungai Musi ini. Tak heran jika nama ‘Srwiijaya’ di masa kini sering banyak ditemui. Sriwijaya sendiri merupakan kerajaan yang berjaya dan telah dipimpin oleh raja-raja unggul sehingga bisa memiliki daerah kekuasaan yang banyak.

Dalam cerita sejarah kerajaan ini akan dikenalkan peninggalan apa saja yang ada. Baik itu peninggalan berupa prasasti, candi, maupin gapura. Kerajaan yang berhasil menguasai banyak pulau di sekitar Sumatera, sebagian Pulau Sumatera, sebagian Pulau Jawa, dan sebagian Pulau Kalimantan ini telah melalui banyak kisah dan diceritakan dalam prasasti.

Tidak hanya itu saja, malahan ada raja dari kerajaan ini yang berhasil menguasai bagian selatan Kamboja. Raja Dapunta Hyang Sri Jayanaga menjadi raja pertama sekaligus pendiri dari kerajaan ini.

Kisah sejarah dari kerajaan ini berakhir pada masa runtuhnya. Tidak langsung runtuh hanya karena satu masalah, keruntuhan kerajaan ini bertahap, dan ada puncaknya. Nantinya juga akan dibahas apa saja faktor penyebab runtuhnya kerajaan ini dan apa yang menjadi puncaknya. Serangan dari kerajaan Majapahit lah yang menjadi puncak runtuhnya kerajaan ini.

Baca Juga : Pancasila – Lambang, Butir, Hari Kesaktian, Teks, Nilai

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Masa kejayaan kerajaan Sriwijaya adalah saat Raja Balaputradewa memimpin, tepatnya sekitar abad ke-9. Selama masa pemerintahannya Sriwijaya memasuki masa emas sebagai salah satu kerajaan nusantara. Sriwijaya berhasil menguasai banyak daerah baik di dalam Indonesia maupun di luar Indonesia. terjalinnya banyak kerjasama atau hubungan erat dengan raja lain pun juga tercipta karena Raja Balaputradewa.

Masa kejayaan Sriwijaya tak lain berupa berhasilnya raja yang memimpin untuk menaklukan banyak daerah untuk dikuasai dan membuat perekonomian kerajaan membaik, sehingga rakyatnya sejahtera dan makmur. Banyaknya prasasti yang ditinggalkan kerajaan ini telah menceritakan semuanya.

Letak Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya sebagai salah satu kerajaan di nusantara yang maju memiliki banyak daerah kekuasaan. Bahkan ada raja yang berhasil melakukan ekspansi dan menguasai daerah di bagian selatan Kamboja, alias di luar Indonesia. namun tetap ada letak kerajaan Sriwijaya spesifik yang menjadi lokasi kerajaan ini dibangun.

Penelitian dilakukan oleh Pierre Yves pada tahun 193 silam. Ia membuat kesimpulan bahwa lokasi kerajaan Sriwijaya berada di antara Sabokingking dan Bukit Seguntang. Dua daerah yang saat ini berada di Sumatera Selatan. Pusat kerajaan ini juga terletak persis di sisi sungai Musi. Lebih tepatnya lagi, kerajaan ini berada di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya yang kini menjadi area wisata.

Kesimpulan yang dibuat oleh Pierre Yves Manguin didukung oleh prasasti Kedukan Bukit yang menyatakan kerajaan ini berpusat di Palembang dan berada di tepisungai Musi.

Prasasti Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya dikenal sebagai salah satu kerajaan nusantara yang memiliki banyak peninggalan prasasti. Ada belasan prasasti kerajaan Sriwijaya yang telah membantu para sejarawan dan arkeolog untuk menemukan kisah dari kerajaan ini. mulai dari siapa raja-raja yang telah memimpin, bagaimana puncak kejayaan, hingga bagaimana runtuhnya kerajaan ini.

Jika dirangkum, belasan prasasti yang dimiliki Sriwijaya antara lain prasasti Bukit Siguntang, Hujung Langit, Karang Berahi, Palas Pasemah, Talang Tuwo, Amoghapasha, Telaga Bukit, Kota Kapur, dan lainnya.

Salah satu prasastinya adalah prasasti Kota Kapur. Prasasti ini ditemukan di bagian barat Pulau Bangka pada abad ke-18. Melalui prasasti ini, bisa diketahui bahwa Sriwijaya selama menjadi kerajaan telah menguasai Pulau Belitung, Pulau Bangka, Lampung, dan sebagian Pulau Sumatera. Melalui prasasti ini juga bisa diketahui siapa raja pertama sekaligus pendiri dari kerajaan ini.

Prasasti Kedukan Bukit menceritakan kisah perjalanan dari raja pertama, yaitu Raja Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Saat itu ia bersama 2000 pasukannya bergerak melalui jalur laut untuk menaklukkan daerah-daerah di Sumatera.

Selanjutnya ada juga prasasti Telaga Batu yang ditemukan pada abad ke-19 di Kecamatan Ilir Timur, Palembang. Cukup lain dengan prasasti-prasasti yang sebelumnya, prasasti ini mengandung penjelasan atas kutukan pada siapa saja yang memiliki maksud jahat pada kerajaan Sriwijaya. Prasasti lainnya yang juga berisi kutukan untuk siapa saja yang memiliki niat jahat pada kerajaan adalah prasasti Karang Berahi dan Palas Pasemah.

Prasasti Bukit Siguntang adalah prasasti yang menceritakan peperangan yang telah dilalui oleh kerajaan ini, yang mana telah memakan banyak korban.

Prasasti-prasasti yang telah disebutkan di atas adalah prasasti yang ditemukan di dalam Indonesia. Karena kerajaan ini pernah menguasai bagian selatan Kamboja, juga ada prasasti yang ditemukan di luar Indonesia. prasasti tersebut antara lain prasasti Tanjore, Kanton, Nalanda, Leiden, dan Ligor. Prasasti-prasasti ini ditemukan tidak jauh-jauh di negara Thailand dan Kamboja.

Pendiri Kerajaan Sriwijaya

Ada satu prasasti yang ditemukan di Cina, yaitu prasasti Kanton. Merupakan sebuah prasasti yang menceritakan bantuan dari Raja Sriwijaya untuk pembangunan kuil di Kanton.

Pendiri kerajaan Sriwijaya adalah Raja Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Hal ini dibuktikan dari prasasti milik kerajaan Sriwijaya yang bernama prasasti Keduka Bukit, Talang Tuo, dan Kota Kapur. Dalam prasasti tersebut, ada keterangan bahwa Raja Dapunta Hyang Sri Jayanaga adalah raja pertama yang juga menjadi pendiri dari kerajaan ini.

Sriwijaya berhasil menaklukkan beberapa kerajaan semasa pemerintah Sapunta Hyang Sri Jayanaga. Dua kerajaan yang berhasil ia taklukan adalah kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Melayu. Diketahui ia mulai menjadi raja Swiwijaya pada tahun 683 Masehi. Ia memerintah selama 19 tahun dan kemudian pada tahun 702 Masehi ia digantikan oleh Indravarman.

Raja Kerajaan Sriwijaya

Jika membicarakan soal raja kerajaan Sriwijaya maka ada bahasan siapa raja yang paling terkenal, raja yang memerintah saat Sriwijaya berjaya, dan semua nama raja yang telah memimpin Sriwijaya.

Nantinya akan dibahas selengka-lengkapnya siapa saja yang telah menjadi raja di kerajaan ini. mulai dari Raja Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang menjadi raja pertama sekaligus pendiri Sriwijaya hingga Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva yang dinilai sebagai raja terakhir di kerajaan ini.

Untuk raja yang paling terkenal dari Sriwijaya, namanya adalah Balaputradewa. Dia juga yang berhasil membawa Sriwijaya pada masa keemasan atau kejayaannya. Lebih lengkap tentang hal ini akan dibahas selanjutnya.

Puncak Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Balaputradewa adalah satu dari belasan raja dari kerajaan ini yang paling terkenal. Tak heran nama ini yang paling sering muncul dalam buku sejarah yang menceritakan Sriwijaya. Raja Balaputradewa lah yang mengantarkan Sriwijaya pada masa kejayaannya. Raja Balaputradewa memimpin Sriwijaya sekitar abad ke-9, selama masa pemerintahanya, kerajaan ini melalui masa emas dan sangat berjaya daripada masa-masa sebelumnya maupun setelahnya.

Banyak prestasi yang dicetak oleh Raja Balaputradewa saat memimpin. Salah satunya adalah berhasil memperluas perekonomian kerajaan hingga ke luar Indonesia. untuk diketahui, Raja Balaputradewa adalah putra dari Raja Samaratungga dan Dewi Tara. Karenanya, bisa dikatakan Raja Balaputradewa berasal dari Dinasti Syailendra.

Raja Balaputradewa juga dikenal sebagai raja yang friendly, pada masa kepemimpinannya ia juga berteman baik dengan Raja Dewapala Dewa yang merupakan raja dari kerajaan Benggala.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Penyebab runtuhnya kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh beberapa faktor sekaligus. Faktor alam dan faktor kerajaan lain. Sejauh ini dinilai ada tiga faktor saja yang paling mempengaruhi runtuhnya kerajaan ini.

Faktor yang pertama adalah kondisi alam. Berubahnya aliran sungai Musi sungai Komering, dan sungai Ogan membuat aliran yang seharusnay mengandung banyak lumpur. Karena keadaan ini, aliran sungai tersebut menjadi kurang kondusif untuk perdagangan. Karena perubahan aliran sungai ini pula, Sriwijaya menjadi tidak dekat lagi dengan pantai.

Selain faktor alam, juga ada faktor kerajaan lain, yang mana tepatnya adalah siapa saja yang telah menjadi kekuasaan milik Sriwijaya. Dinilai ada banyak daerah kekuasaan milik Sriwijaya yang memerdekakan diri dari Sriwijaya. Hal ini disebabkan angkatan laut Sriwijaya yang mulai melemah sehingga sulit untuk mengawasi.

Terakhir ada faktor serangan dari kerajaan lain. Saat itu pada tahun 1017 dan 1024 Masehi, kerajaan Sriwijaya diserang oleh Kerajaan Colomandala. Hal yang sama terjadi pada tahun 1275 Masehi, di mana Kartanegara melakukan serangan karena ingin melakukan ekspedisi Pamalayu.

Tiga faktir di atas masih belum membuat Sriwijaya benar-benar runtuh. Melainkan, telah mengubah banyak hal dalam Sriwijaya sehingga mengalami kemunduran. Ada puncak keruntuhan dari kerajaan ini yang juga diceritakan dalam sejarah.

Adapun puncak keruntuhan yang telah dilalui kerajaan ini adalah pada tahun 1377 Masehi. Saat itu terjadi penyerangan oleh kerajaan Majapahit. Angkatan laut milik Majapahit lah yang menyerang Sriwijaya dan menjadikan Sriwijaya sebagai kerajaan kekuasaan Majapahit.

Silsilah Kerajaan Sriwijaya

Silsilah kerajaan Sriwijaya dimulai dari raja pertama yang juga dianggap sebagai pendiri dari kerajaan ini. menurut prasasti Keduka Bukit, Talang Tuo, Kota Kapur, Dapunta Hyang Sri Jayanaga adalah raja pertama sekaligus pendiri dari kerajaan ini. Ia mulai memerintah pada tahun 683 Masehi, selama masa pemerintahannya kerajaan ini berhasil menaklukkan kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Melayu.

Setelahnya, pada tahun 702 Masehi kerajaan ini dipimpin oleh Indravarman. Indravarman menjadi raja pertama dari Sriwijaya yang mengirimkan utusan ke Tiongkok. Dilanjutkan dengan Rudra Vikraman yang memiliki nama asli Lieou-teng Wei Kong, ia memerintah mulai tahun 728 Masehi. Pada tahun 790 Masehi dipimpin oleh Dharmasetu.

Sangramadhananjaya menjadi raja kelima yang memimpin mulai tahun 775 Masehi. Pada masa kepemimpinannya, Sriwijaya berhasil menaklukkan Kamboja bagian selatan. Pemimpin yang selanjutnya, Samaratungga, gagal dalam mempertahankan Kamboja dan akhirnya diganti dengan raja yang selanjutnya.

Raja yang selanjutnya adalah Balaputra Sri Kaluhunan yang berhasil membawa Sriwijaya pada masa kejayaannya. Berlanjut pada tahun 960 Masehi Sriwijaya dipimpin oleh Sri Udayadityawarman, dilanjutkan oleh anaknya Sri Udayadityan.

Pada tahun 980 Masehi, Sriwijaya dipimpin oleh Hsiae-she, dan delapan tahun setelahnya Sri Cudamaniwarmadewa menjadi raja. Setelahnya kerajaan ini dipimpin oleh Sri Marawijayottunggawarman, Sumathrabumi, Sri Sanggramawiyottunggawarman, Sri Deva, Dharmavira, Sri Maharaja, dan terakhir oleh Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva. Raja terakhir ini memimpin Sriwijaya pada tahun 1178 Masehi.

Berakhirnya kerajaan ini adalah sekitar abad ke-14, sebab pangeran saat itu memutuskan untuk mendirikan kesultanan di Semenanjung Malaysia.

Makalah Kerajaan Sriwijaya

Tak heran jika dalam materi atau kompetensi pelajaran sejarah di sekolah-sekolah melatih siswanya untuk membuat makalah kerajaan Sriwijaya. Banyak bahasan menarik mengenai kerajaan ini yang sifatnya edukatif dan menginspirasi.

Seperti misalnya pembahasan mengenai raja-raja yang pernah memimpin, semangat menguasai banyak daerah hingga ke luar Indonesia, peninggalan-peninggalan kerajaan yang ditemui di banyak tempat baik di dalam maupun luar Indonesia, hingga pembahasan mengenai runtuhnya kerajaan ini.

Semua bisa dirangkum dalam sebuah makalah dan dijadikan bacaan yang menarik. Dengan dibuatnya makalah, secara tidak langsung siswa akan mencari informasi sebanyak mungkin tentang kerajaan ini dan menemukan hal-hal baru yang sebelumnya tidak diketahui.

Misalnya sebuah fakta bahwa kerajaan ini mulai ada ada pada abad ke-7 dan berakhir pada abad ke-14, namun prasastinya baru ditemukan pada abad ke-18 dan 19. Begitu juga dengan hal lainnya yang ada di kerajaan ini. 

Tinggalkan komentar