Manusia Purba

Teori evolusi menunjukkan keberadaan manusia purba di masa lalu, dimana sebagai orang percaya ini adalah awal teori evolusi oleh Darwin. Berbagai penelitian dan penemuan fosil dari zaman prasejarah pun turut menguatkan teori tersebut. Setidaknya, nenek moyang manusia telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Tak hanya dari postur tubuh yang kian tegap, namun juga volume otak yang kian mengecil.

Sebagian dari kita mungkin masih bertanya-tanya bagaimana rupa nenek moyang manusia dahulu? Bagaimana cara mereka bertahan hidup hingga bisa tersebar ke seluruh belahan dunia? Penelitian masih terus dilakukan sampai sekarang untuk mengetahui hal tersebut. Meskipun beberapa informasi mendasar sebenarnya telah kita pelajari dan ketahui sejak zaman SD.

Lantas, bagaimana perkembangan manusia prasejarah dari zaman ke zaman? Kita akan membahasnya secara lengkap, guna menambah wawasan. Sajian data dan fakta di lapangan akan membantu Anda mengenal lebih jauh nenek moyang manusia di bumi. Di samping itu, Anda pun bisa lebih memahami ketika berkunjung ke museum purbakala di beberapa daerah.

Persebaran Manusia Purba

Makhluk yang tidak masuk dalam golongan manusia ini hidup dengan cara berpindah-pindah atau nomaden. Hal ini yang menyebabkan persebaran manusia purba cukup merata ke seluruh dunia. Berdasarkan penelitian, persebaran dimulai sejak 65.000 – 50.000 SM. Pergerakan dimulai dari Afrika Tengah menuju Afrika Selatan. Mereka menetap cukup lama di Afrika Selatan sebelum akhirnya berpindah ke wilayah Arab, India, hingga Indonesia di 45.000 SM.

Pergerakan sempat terkendala pada 45.000 – 40.000 SM saat memasuki zaman es. Suhu yang sangat rendah membuat makhluk ini sulit untuk berpindah tempat dan menyebar di sekitar Jazirah Arab saja. Setelah zaman es berlalu, tepatnya 40.000 – 35.000 SM, pergerakan mulai terjadi lagi. Tujuan persebaran sedikit lebih jauh, yakni Pegunungan Himalaya sampai ke area Myanmar.

Beberapa kelompok terus melanjutkan pergerakan sampai ke Kazakhstan, Semenanjung Portugal, dan dataran Eropa. Kelompok inilah yang menjadi cikal bakal ras Caucasoid. Di 25.000 – 20.000 SM, makhluk ini kembali ke daerah asal, yakni Afrika Tengah. Memasuki 20.000 – 10.000 SM, seluruh benua Afrika sudah ditempati oleh manusia purba, kecuali sekitar Gurun Sahara.

Tak berhenti sampai di sini, 10.000 SM terjadi pergerakan kembali ke benua Amerika dari Alaska. Mereka ini pula yang disebut-sebut sebagai nenek moyang suku Maya. Selanjutnya, terjadi pergerakan besar-besaran dari seluruh kawasan menuju daerah lainnya. Beberapa kelompok mencapai Indonesia dan menetap di beberapa pulau.

Baca juga: Sosiologi

Jenis-Jenis Manusia Purba

Dengan bentuk tubuh dan peta persebarannya, ilmuwan mengklasifikasikan jenis-jenis manusia purba yang ada di dunia. Sebagian besar jenis tersebut tersebar dan ditemukan di Indonesia, termasuk pulau Jawa. Penelitian membuktikan bahwa makhluk ini pertama berasal dari Afrika. Walaupun demikian, sebenarnya nenek moyang manusia tak hanya satu, namun berbeda antara satu wilayah dengan lainnya.

Di Eropa misalnya, ilmuwan membagi 3 jenis manusia purba, yakni Paranthropus Robustus, Homo Neanderthalensis, dan Homo Cro Magnon. Homo Neanderthalensis ditemukan di sekitar Jerman Barat, sementara Paranthropus Robustus dan Homo Cro Magnon ada di Belgia dan Perancis. Berbeda dengan Eropa, Afrika justru punya spesies dengan jenis tersendiri.

Homo Africanus menjadi satu dari beberapa jenis spesies di Afrika yang pernah ditemukan di Botswana. Di Indonesia sendiri, kita mengenal 8 jenis  yang fosilnya berhasil diselamatkan oleh para peneliti. Masyarakat masih bisa menjumpai dan mempelajari bentuk tubuh dan gambaran kehidupan makhluk ini dari Indonesia di Sangiran, museum purbakala yang terawat apik.

Fosil Manusia Purba

Pencarian fosil manusia purba sebenarnya telah dilakukan sejak dahulu. Seiring berjalannya waktu, fosil-fosil tersebut menunjukkan kisaran tahun dari asal makhluk ini. Fosil pertama yang ditemukan di Indonesia merupakan bagian penelitian Eugene Dubois. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 1891 di sekitar Trinil, Jawa Timur.

Fosil pertama ini berasal dari Homo Erectus atau Pithecanthropus Erectus. Istilah Pithecanthropus Erectus merujuk bahasa Yunani yang berarti manusia kera berjalan tegak. Setelah penemuan tersebut, berbagai penelitian pun dilakukan. Bahkan beberapa jenis fosil lainnya pun ditemukan dan dijadikan bahan pembelajaran dan diawetkan di museum.

Pengamatan terhadap fosil menunjukkan adanya perubahan postur tubuh, rahang, dan gigi dari makhluk ini ke manusia modern. Dari observasi didapatkan volume otak makhluk ini berkisar 700 cc. Ini tentu lebih kecil dari manusia modern saat ini, yakni sekitar 1000 cc. Tinggi tubuh Pithecanthropus Erectus  pun tak lebih dari 165 cm.

Penemuan fosil ini bukan tertua dan satu-satunya di dunia. Baru-baru ini, ilmuwan menemukan fosil batita yang telah berdiri tegak dan menjelajah ke belahan lain dunia. Fosil tersebut berasal dari 1 – 2 juta tahun lalu di kawasan Afrika Selatan. Ilmuwan dari La Trobe University menyebutkan adanya keterikatan antara fosil tersebut dengan seluruh manusia di muka bumi.

Sejarah Manusia Purba

Berdasarkan penelitian, sejarah manusia purba dimulai sejak 4 juta tahun lalu. Ilmuwan menyatakan bahwa manusia prasejarah atau prehistoric people sebagai manusia tertua. Dalam ilmu sejarah, makhluk ini belum mengenal tulisan, namun telah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Mereka tidak tinggal di suatu tempat dalam waktu yang lama, tetapi kerap berpindah-pindah. Untuk bertahan hidup, manusia purba mengandalkan segala sesuatu yang tersedia di alam.

Dari teori evolusi didapatkan pula bahwa makhluk ini awalnya hanya 1 jenis. Jenis ini pula yang melakukan pergerakan besar-besaran ke seluruh belahan dunia, sehingga melahirkan jenis-jenis lainnya. Perpindahan serta lingkungan hidup yang baru turut mempengaruhi perubahan bentuk tubuh dan keahlian manusia purba.

Mereka tak hanya memakan bahan makanan secara mentah, namun mulai mengolah. Lambat-laun, beberapa keahlian lainnya pun dipelajari dan dikembangkan. Beberapa penelitian menyebutkan makhluk ini memiliki tingkat kecerdasan yang cukup baik dibandingkan kera. Sehingga sedikit sulit mempercayai manusia berasal dari kera sebagaimana dijelaskan dalam teori evolusi.

Kehidupan Manusia Purba

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, kehidupan manusia purba sangat bergantung pada alam. Para peneliti menemukan masa awal kehidupan dimulai dari berburu dan mengumpulkan bahan makanan. Masyarakat pada masa tersebut memilih hidup secara individu atau dalam kelompok kecil. Umumnya, mereka tinggal di dalam goa dan sering berpindah tempat.

Setelah masa berburu, manusia mulai belajar bercocok tanam dan beternak. Beberapa ahli menyebutkan manusia lebih dulu belajar beternak daripada bercocok tanam. Berbeda dari sebelumnya, manusia sudah mulai hidup menetap. Hal ini dikarenakan mulai berkurangnya populasi hewan buruan dan persediaan makanan di area pemukiman.

Hidup berkoloni ternyata mengasah kemampuan manusia dalam berpikir. Kemajuan berpikir dibuktikan melalui kepercayaan yang mulai tumbuh. Ada 3 jenis kepercayaan awal, yakni dinamisme, animisme, serta totemisme. Mereka percaya ada kekuatan lain di luar kemampuan mereka sebagai pegangan. Tak ayal, mereka kerap melakukan upacara untuk menghormati ruh atau kekuatan tersebut.

Ciri-Ciri Manusia Purba

Ciri-ciri manusia purba tergantung pada jenis dari makhluk ini sendiri. Ini tidak hanya berkaitan dengan bentuk fisik, namun juga cara bertahan hidup serta senjata. Walaupun bergantung pada alam, makhluk ini tetap mengembangkan berbagai kemampuan untuk bertahan hidup. Tak sedikit pula yang meninggalkan jejak sejarah, berupa lukisan, tulisan, serta alat.

Pithecanthropus erectus, fosil pertama yang ditemukan memiliki volume otak berkisar 750 – 1350 cc. Postur tubuh mereka tegap dengan tinggi sekitar 165 – 180 cm, tetapi tak setegap Meganthropus. Berbeda dengan Pithecanthropus erectus, Meganthropus Palaeojavanicus justru memiliki volume otak sekitar 900 cc. Tubuh mereka juga lebih tegak dengan otot rahang yang lebih kuat.

Manusia purba lainnya yang ditemukan adalah Homo Floresiensis yang berasal dari Flores. Tinggi tubuh hanya berkisar 1,06 cm dengan volume otak 380 cc. Bentuk tubuh mereka benar-benar mungil dan kecil, bila dibandingkan dengan manusia purba dari Indonesia lainnya. Menariknya, Homo Floresiensis hidup berdampingan dengan manusia modern.

Pengertian Manusia Purba

Dari penjelasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan terkait pengertian manusia purba. Manusia purba adalah manusia prasejarah yang hidup 2 – 4 juta tahun lalu. Mereka belum mengenal tulisan, sehingga disebut manusia prasejarah. Definisi tersebut disepakati oleh para ahli berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sejak puluhan tahun silam.

Penemuan fosil di berbagai belahan dunia pun menjadi bukti nyata keberadaan manusia purba. Berdasarkan catatan, manusia purba pertama pun berasal dari Afrika dan menyebar ke seluruh dunia dengan cara berpindah. Berpindah memang jadi salah satu cara bertahan hidup manusia purba. Pasalnya, mereka masih bergantung pada ketersediaan bahan pangan yang ada di alam.

Saat bahan makanan di satu tempat telah menipis, koloni akan memilih berpindah. Di awal zaman, manusia purba justru tak mengenal hidup berkelompok. Mereka nyaman tinggal sendiri atau bersama kelompok kecil di dalam gua. Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan dalam gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, serta menyediakan makanan.

Asal Usul Manusia Purba

Asal usul manusia purba terbilang cukup panjang dan masih terus diteliti. Meskipun begitu, ahli sepakat kalau manusia modern berasal dari satu nenek moyang. Ini sesuai dengan teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin. Dahulu kala, hanya ada 1 jenis manusia purba yang berasal dari Afrika dan terus bergerak ke dataran Eropa, Asia, sampai Indonesia.

Perjalanan mereka dimulai sekitar 50.000 tahun lalu secara berkelompok. Dari kelompok-kelompok inilah lahir keturunan manusia purba yang menetap di beberapa kawasan. Penelitian menyebutkan cikal bakal Suku Maya adalah manusia purba yang berpindah ke Amerika. Tak cuma itu, ras caucasoid pun merupakan manusia purba yang berasal dari Afrika, tetapi telah melalui perjalanan dari Kazakhstan.

Catatan panjang terkait pergerakan manusia purba yang menjadi cikal bakal manusia modern pun patut didalami. Langkah ini untuk menemukan keterkaitan antara satu manusia purba dengan lainnya. Keberagaman suku dan ras di Indonesia pun tak terlepas dari kedatangan makhluk ini. Bahkan Indonesia diketahui memiliki suku dan ras paling banyak di dunia karena persebaran tersebut.

Pengelompokkan ras didasarkan pada ciri-ciri fisik manusia purba, seperti bentuk kepala, badan, muka, kulit, rambut, warna mata, serta hidung. Setiap jenis manusia purba punya ciri khas yang membantu peneliti mengenali asal dan kurun waktu. Dengan begini, pengelompokkan pun lebih mudah dilakukan.

Peninggalan Manusia Purba

Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan memungkinkan kita melihat dan mempelajari peninggalan manusia purba dari ribuan abad lalu. Semua peninggalan tersebut tertata apik dan dirawat oleh museum-museum di seluruh dunia. Setidaknya, ada beberapa peninggalan yang bisa membantu Anda mengenal makhluk ini lebih baik, yakni peralatan.

Peralatan yang paling sering ditemukan adalah kapak genggam. Alat ini lazim digunakan oleh Pithecanthropus untuk berburu hewan. Jangan bayangkan kapak genggam mirip dengan kapak masa kini. Kapak genggam didesain sangat sederhana dengan satu sisi saja yang tajam. Selain kapak genggam, ada pula kapak lonjong dan persegi.

Tak cuma peralatan, kita masih bisa menjumpai tempat pemujaan dari manusia prasejarah. Satu diantaranya menhir yang tersusun dari batu untuk melakukan pemujaan. Susunan batu tak selalu membentuk tugu, bisa pula ditata menyerupai meja. Meja batu atau dolmen dimanfaatkan oleh masyarakat prasejarah untuk menaruh sesajen.

Bejana perunggu juga jadi bagian dari manusia prasejarah. Penemuan bejana perunggu berpusat di Sumatera dan Madura. Untuk pemakaman, rupanya makhluk ini membuat sebuah peti batu yang dikenal dengan sarkofagus. Desain peti batu mirip dengan peti mati saat ini, dengan bagian atas penutup yang terhubung ke kotak.

Manusia Purba di Indonesia dan Dunia

Manusia purba di Indonesia dan dunia memiliki keterkaitan erat. Seperti yang kita tahu, makhluk ini berasal dari satu tempat yang sama, yakni Afrika. Penyebaran terjadi pada 50.000 tahun lalu dari Afrika ke seluruh penjuru dunia. Secara penampilan, postur tubuh makhluk ini pun hampir mirip satu dengan yang lain, terutama di bagian wajah.

Manusia purba memiliki tampilan wajah khas pada bagian alis yang menonjol. Rahang mereka pun lebih kuat daripada manusia modern, sebab digunakan untuk mengunyah hewan mentah. Di awal kehidupan, makhluk ini belum mengenal teknik pengolahan makanan. Cara sederhana pun belum ditemukan pada saat itu, sehingga memakan hasil buruan begitu saja.

Persamaan paling mencolok juga terlihat dari ukuran otak yang berkisar antara 1200 – 1400 sentimeter kubik. Bentuk tubuh makhluk ini memang sudah tegak, namun sedikit membungkuk saat berdiri. Hal inilah yang memicu pemikiran bahwa makhluk ini memiliki hubungan erat dengan kera. Meskipun kebenarannya masih dipertanyakan, postur mereka memang sedikit mirip dengan kera.

Evolusi Manusia Purba

Evolusi manusia purba masih menimbulkan polemik dan perdebatan. Banyak orang yang mengaitkan dan membenarkan teori Charles Darwin sebagai satu-satunya teori evolusi. Tak sedikit pula yang percaya manusia berasal dari kera atau monyet. Padahal tak sesederhana itu dalam menafsirkan dan memahami evolusi manusia dari waktu ke waktu.

Sejak zaman purbakala, manusia sebenarnya telah ada di muka bumi dan terus berevolusi. Dari zaman pleistosen sampai modern, terlihat ada perubahan signifikan. Salah satunya tentu di bidang ilmu pengetahuan yang kian berkembang dan canggih. Evolusi manusia sebenarnya terjadi karena beberapa faktor, seperti DNA, mutasi gen, hingga seleksi alam.

Coba perhatikan kehidupan purbakala dan ekosistemnya! Makhluk hidup yang mampu bertahan dan melanjutkan keturunan akan bisa mempertahankan kehidupannya. Sementara itu, makhluk hidup yang tak bisa bertahan akan punah ditelan waktu. Ini pula yang terjadi pada manusia serta beberapa hewan dan tumbuhan purba. Hanya beberapa jenis atau spesies yang masih bisa kita temukan sampai sekarang.

Peningkatan kemampuan berpikir manusia merupakan bagian dari evolusi yang tak bisa disepelekan. Berkat kemampuan tersebut, manusia modern mengenal berbagai teknik dan cara bertahan hidup. Bukan hanya bertahan hidup, manusia modern mampu memproduksi berbagai hal untuk melengkapi kehidupannya.

Tinggalkan komentar