Sosiologi

Pembahasan lengkap mengenai sosiologi mulai dari pengertian, objek kajian, tokoh, teori, pengantar, perspektif, fungsi, konsep dasar, ciri-ciri, & sejarah. Ingin melanjutkan pendidikan di bidang sosiologi? Atau tertarik mendalami ilmu sosial yang satu ini? Sebelum Anda terjun lebih jauh, ada baiknya cari tahu dulu seluk-beluk ilmu dasarnya. Apa saja yang dipelajari dan digali dari seorang sosiolog? Bagaimana pula ruang lingkup serta konsep dasarnya? Kami akan membahasnya untuk Anda secara mendalam dan akurat.

Untuk mempermudah Anda memahami sosiologi, kami akan membagi pembahasan dalam beberapa sub bab. Di dalam sub bab akan dijelaskan hal-hal berkaitan sosiologi, mulai dari pengertian sampai pembuatan jurnal. Dari tulisan ini, Anda tentu diharapkan lebih memahami dan tak salah mengartikannya sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan.

Pengertian Sosiologi

Hakikatnya, ada banyak pengertian sosiologi yang dicetuskan oleh para ahli, secara garis besar, diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi sosial di tengah masyarakat. Dari segi bahasa, sosiologi berasal dari bahasa latin, yakni socius dan logos. Socius berarti masyarakat, sementara logos adalah pengetahuan.

Di masyarakat masih timbul miskonsepsi terkait definisi sosiologi yang selama ini, kita menganggap sebatas ilmu yang mempelajari masyarakat. Padahal objek kajiannya tak terbatas pada masyarakat belaka, namun gejala atau fenomena sosial yang terjadi. Ini dapat berkaitan dengan politik, ekonomi, maupun sejarah masa lalu.

Walaupun demikian, tak salah memang menyamakan sosiologi dengan ilmu kemasyarakatan. Hanya saja definisi tersebut masih kurang tepat, jika kita tarik dari pendapat para ahli. Lantas, apa yang dipelajari dari sebuah masyarakat? Seperti yang telah disebutkan tadi, seorang sosiolog akan melihat berbagai gejala, perubahan, dan perkembangan dari sebuah masyarakat.

Nah, buat Anda yang suka memperhatikan dan mengamati tingkah laku masyarakat, jurusan sosiologi akan terasa tepat. Pasalnya, Anda akan terjun langsung ke lapangan melakukan observasi atau pengamatan terhadap masyarakat. Data yang Anda dapatkan tentu langsung didapat dari survei, bukan sekedar opini atau asumsi yang berkembang.

Dengan melihat definisi tersebut, Anda sekilas sudah paham apa yang dimaksud dengan sosiologi. Cabang ilmu sosial ini memang masih jarang diminati oleh para akademisi, padahal peluang kerjanya terbuka lebar. Bahkan beberapa lulusan sosiolog berkecimpung di dunia bisnis untuk memperhitungkan dan mengamati daya beli masyarakat.

Objek Kajian Sosiologi

Mengingat kajian berkaitan dengan masyarakat, tentu harus ada objek kajian sosiologi yang jelas. Hal ini untuk membantu Anda membuat batasan masalah saat menulis makalah maupun jurnal. Apa saja objek kajian yang biasanya menjadi pembahasan sosiolog? Ditinjau dari keilmuannya, sosiologi mencakup 4 objek kajian, yakni agama, formal, material, dan budaya.

Pada objek material, Anda akan mengamati pola interaksi dan gejala sosial dalam masyarakat. Apakah pola yang dibentuk berjalan lancar atau tidak? Jika lancar, maka akan terjadi keselarasan, begitu pula sebaliknya. Mengingat manusia sebagai objek formal sosiologi, maka interaksi antar sesama manusia pun menjadi fokus utama.

Di sini, Anda akan mengamati hubungan manusia satu dengan lainnya. Mengapa harus melihat interaksi antar individu? Ini disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia untuk berinteraksi sebagai makhluk sosial. Tak mungkin individu bisa hidup sendirian tanpa kehadiran orang lain. Selanjutnya, objek kajian budaya yang mengamati interaksi masyarakat berdasarkan suatu kebudayaan.

Nilai-nilai budaya terus diajarkan dan diturunkan dalam lingkup kemasyarakatan. Oleh sebab itu, Anda akan melihat interaksi berbeda antar setiap kebudayaan. Masyarakat Jawa mengedepankan unggah-ungguh saat berbicara dengan orang tua, tetapi budaya ini tak berlaku di Amerika Serikat. Terakhir, kajian agama yang mempengaruhi pilihan dan tingkah laku masyarakat. Saat terjadi penyimpangan, masyarakat biasanya akan kembali pada ajaran agama.

Teori Sosiologi

Ilmu sosial terbilang kompleks dan sangat beragam, sehingga membutuhkan pisau analisis yang tepat. Inilah peran teori sosiologi untuk membatasi penelitian serta menemukan pemecahan masalah yang tepat. Berdasarkan literatur, setidaknya ada 5 teori yang sering muncul dan digunakan, yakni interaksionisme simbolik, fungsional, dramaturgi, konflik, dan pertukaran sosial.

Teori fungsional merupakan teori besar dan paling umum digunakan dalam sosiologi. Setiap individu memiliki posisi tersendiri dalam masyarakat sesuai kebutuhan. Ketika fungsi tersebut tidak berjalan, maka terjadi disorganisasi. Berkebalikan dengan teori fungsional, teori konflik melihat interaksi sosial sebagai pertentangan. Individu memiliki kepentingan pribadi yang berseberangan dengan orang lain, namun saling mempengaruhi.

Ketiga, teori pertukaran sosial yakni adanya interaksi individu dengan lingkungan. Tingkah laku individu dipengaruhi oleh lingkungan, baik positif maupun negatif. Ini berlaku sebaliknya ketika lingkungan merespon kebiasaan individu. Selanjutnya, teori interaksionisme simbolik yang menekankan kemampuan berpikir atau akal manusia.

Tanpa disadari, pola pikir manusia dipengaruhi oleh interaksi sosialnya. Seseorang dapat memaknai dan mengubah simbol dengan pertimbangan untung serta rugi. Terakhir, teori dramaturgi, yaitu mengamati dunia sosial melalui interaksi masyarakat. Kebanyakan orang mengubah tampilan dirinya di depan dan di belakang orang lain. Cara ini dipilih untuk menciptakan impresi agar diterima oleh orang lain.

Tokoh Sosiologi

Penasaran siapa saja tokoh sosiologi paling berpengaruh dalam perkembangan ilmu sosial ini? Siapa pula yang pertama kali mencetuskannya sebagai cabang ilmu pengetahuan? Dari catatan sejarah diketahui sosiologi dikemukakan pertama kali oleh Auguste Comte. Ia menuliskan buku berjudul Cours De Philosophie Positive untuk mengungkapkan pemikirannya.

Buku tersebut mengilhami beberapa filsuf menyampaikan pendapatnya terkait sosiologi. Salah satunya adalah Emile Durkheim yang terkenal dengan teori sosiologi klasiknya. Ia mendefinisikannya sebagai ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial di luar individu. Fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mempengaruhi cara berpikir dan bertindak individu.

Selain Emile Durkheim, ada pula Karl Marx dengan teori kelas sosialnya. Teori ini sering digunakan dalam berbagai cabang keilmuan sosial, termasuk sastra. Karl Marx berpendapat ekonomi dipengaruhi oleh kaum borjuis atau pemilik modal. Kaum proletar atau buruh hanya dipekerjakan untuk memperkaya para borjuis.

Pengantar Sosiologi

Sebelum mempelajari lebih jauh, Anda biasanya akan diperkenalkan pada pengantar sosiologi. Pada bagian pengantar, penjelasan berkisar pada definisi, konsep, ruang lingkup, objek kajian, hingga teori. Meskipun sangat mendasar, pengantar sangat dibutuhkan sebelum beranjak melakukan penelitian hingga memecahkan gejala sosial.

Ada baiknya, Anda menggali berbagai teori dan mendalaminya di awal, agar tak begitu kesulitan saat menyusun makalah. Setidaknya, pilih teori yang dirasa pas sebagai pisau analisis dalam penelitian Anda. Contohnya saja, Anda ingin mengamati ekonomi masyarakat kota industri dengan menggunakan teori marxisme atau kelas sosial.

Tujuan pemberian mata kuliah atau pelajaran ini pun tak jauh-jauh dari nilai kebermanfaatan. Setiap akademisi diharapkan mampu mengenali dirinya sendiri maupun masyarakat beserta pola interaksi yang tercipta. Dengan begini, berbagai permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya dengan mudah tanpa harus menciptakan konflik tak berujung.

Perspektif Sosiologi

Perspektif dapat diartikan sebagai asumsi atau pemikiran seseorang terhadap suatu hal. Manusia cenderung meyakini perspektifnya dalam melihat berbagai hal, seperti masalah ataupun konflik. Lantas apa yang dimaksud perspektif sosiologi? Perspektif berarti pengamatan yang dilakukan untuk melihat kehidupan masyarakat dari berbagai aspek.

Setidaknya, ada 4 perspektif yang digunakan dalam sosiologi. Pertama, perspektif evolusionis dengan menekankan perubahan manusia. Manusia selalu bergerak maju, tetapi tidak meninggalkan beberapa hal. Kedua, perspektif interaksionis yang menentang konsep masyarakat, negara, serta lembaga masyarakat. Perspektif ini melihat manusia serta kehadiran simbol yang disepakati bersama.

Ketiga, perspektif fungsionalis yaitu jaringan masyarakat yang bekerjasama secara terorganisir. Masyarakat tersebut menganut nilai dan aturan tertentu untuk menjaga keteraturan. Terakhir, perspektif konflik terinspirasi dari pendapat Karl Marx. Perspektif ini memandang pertentangan antara dua kelas yang mampu menggerakkan sejarah.

Fungsi Sosiologi

Ilmu pengetahuan hadir memberi manfaat bagi kehidupan manusia. Ini pula yang ditemukan pada fungsi sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Demi memenuhi nilai kebermanfaatan, sosiologi menekankan pada 4 fungsi, yaitu penelitian, pembangunan, perencanaan sosial, dan pemecahan masalah sosial. Keempat fungsi tersebut akan dijelaskan satu per satu secara ringkas.

Untuk terus berkontribusi dan mengembangkan ilmu pengetahuan, penelitian sangat berperan penting. Dari serangkaian penelitian, sosiologi mampu membaca perubahan dan gejala sosial yang ada. Imbasnya, masyarakat akan bertindak lebih rasional dan waspada dalam berbagai hal. Fungsi pembangunan diperlukan untuk menciptakan kondisi lingkungan dan masyarakat yang seimbang.

Tentunya pembangunan yang terarah dan teratur yang berdampak pada spiritual dan materil masyarakat. Fungsi ketiga adalah perencanaan sosial yang ditujukan meminimalisir terjadinya konflik. Dengan memperhatikan pola interaksi, kemungkinan bentrokan dan kesalahpahaman bisa dihindari. Keempat, fungsi pemecahan masalah sosial menyikapi kondisi kesenjangan yang terjadi di tengah masyarakat.

Konsep Dasar Sosiologi

Istilah konsep dasar sosiologi pasti sering didengar saat pembelajaran. Konsep dasar merupakan istilah atau frase untuk menjelaskan cakupan yang lebih luas. Dalam sosiologi, ada 10 konsep dasar yang bisa ditemukan, seperti struktur sosial, sistem sosial, lembaga sosial, proses sosial, organisasi sosial, perubahan sosial, individu, masyarakat, kelompok, dan komunitas.

Sebagian besar konsep tersebut tentu sudah Anda pahami, meskipun hanya sekilas. Secara garis besar, konsep-konsep dalam sosiologi merujuk pada pola interaksi masyarakat. Semua konsep akan saling terhubung dan mendukung satu sama lain. Penggunaan konsep akan mempermudah Anda memahami batasan dari kajian nantinya.

Menariknya, konsep sosiologi akan mengupas tuntas seluruh lapisan dalam masyarakat. Sistem kemasyarakatan atau sosial menjadi bagian yang sangat penting. Objek penelitian pun tak didasarkan pada individu semata, namun ruang lingkup di sekitarnya, yakni masyarakat. Oleh sebab itu, penting memahami konsep sebelum mulai memahami ranah yang lebih luas.

Ciri-Ciri Sosiologi

Ciri-ciri sosiologi membedakan antara cabang keilmuan ini dengan lainnya. Diketahui ada 4 ciri-ciri yang memberi warna berbeda. Ciri pertama adalah empiris atau berdasarkan fakta dan kenyataan. Tidak ada asumsi atau praduga dalam sosiologi, sebab didasarkan pada hasil penelitian. Sebelum sebuah masalah diangkat, tentu penelitian telah dilakukan terlebih dahulu.

Teoritis menjadi ciri kedua, dimana disusun berdasarkan teori-teori. Walaupun teori bersifat abstrak, justru memberi titik terang. Dari penelitian sosiologi menggunakan teori akan didapatkan pemecahan masalah sosial yang tepat, termasuk pengetahuan dinamis yang relevan dengan perkembangan zaman. Ini tidak terlepas dari ciri kumulatif yang melekat pada sosiologi.

Teori-teori sosiologi terus diperbaharui seiring terjadinya perubahan di masyarakat. Pola interaksi berubah, maka teori yang ada pun dikritisi, dikembangkan, dan dibenarkan. Sebagai pengetahuan, tentu seorang sosiolog tak bisa menilai individu secara semena-mena. Tak ada nilai baik dan buruk yang saklek, tetapi mempertimbangkan peluang masalah yang timbul. Konflik sangat mungkin terjadi akibat gesekan dari pola interaksi masyarakat.

Sejarah Sosiologi

Awalnya, sosiologi hanyalah ide yang tak terdefinisikan oleh para ahli. Beberapa filsuf hanya membayangkan suatu pemecahan masalah dari konflik sosial yang timbul. Konsepnya sendiri baru muncul setelah Auguste Comte merilis bukunya di tahun 1842. Jauh sebelum Auguste Comte fokus membahas sosiologi, pemikir Islam, Ibnu Khaldun sudah terlebih dahulu memperkenalkan konsep tersebut.

Pemikiran Auguste Comte ternyata disambut hangat oleh masyarakat. Hal ini dipicu oleh revolusi industri yang memicu terjadinya gejolak sosial. Buruh harus mengalami eksploitasi dari pihak pemilik modal, sehingga menimbulkan pemberontakan dimana-mana. Dari sinilah, beberapa filsuf lainnya mulai menyuarakan konsep kesetaraan kelas hingga sosial.

Sejarah sosiologi terbilang panjang dan terus berkembang, namun tetap terasa relevan. Masyarakat dari zaman revolusi industri sampai sekarang bisa diteliti dengan pisau analisis atau teori yang sama. Walaupun demikian, tentu ada solusi yang coba disajikan dan menjawab berbagai pertanyaan. Apalagi gejolak sosial yang muncul telah merambat isu sensitif beberapa waktu belakangan.

Di Indonesia, sosiologi berkembang pesat sejak kemerdekaan atau tahun 1945, dimana sebelumnya hanya dianggap cabang keilmuan biasa yang tak memberi pengaruh besar. Setelah kemerdekaan, barulah masyarakat mulai memperbincangkan sosiologi secara serius. Dalam dunia akademisi sendiri, juga telah dijadikan salah satu prodi di fakultas, seperti UGM.

Makalah Sosiologi

Menyusun makalah sosiologi sebenarnya bukanlah hal sulit. Bila Anda telah memahami pengantar dasar dari sosiologi, tentu punya sedikit gambaran terkait penelitian yang dilakukan. Topik apa yang ingin diangkat? Gejala sosial apa yang tengah meresahkan Anda maupun masyarakat sekitar? Dari gejala sosial umum bisa membantu Anda menemukan solusi sederhana.

Tak perlu berkutat pada topik besar, jika Anda bisa menemukan topik khusus. Di zaman sekarang, rasanya sosiologi sangat relevan dalam membaca dan mengamati perubahan hidup masyarakat. Apalagi menghadapi era industri 4.0 yang menuntut masyarakat untuk bergerak maju. Sudahkah masyarakat kita siap menghadapi dan mengikuti perubahan dan kemajuan teknologi tersebut?

Satu hal yang perlu diingat, membuat makalah bukanlah sekedar mengajukan asumsi. Sosiologi selalu berpegang teguh pada data dan fakta di lapangan. Anda tak bisa hanya mengedepankan opini tanpa diikuti riset yang memadai. Untuk itu, lakukan riset mendalam guna mengetahui persoalan masyarakat saat ini.

Jurnal Sosiologi

Jurnal sosiologi sangat dibutuhkan oleh para akademisi dan peneliti. Pasalnya, artikel jurnal menunjukkan isu yang tengah hangat diangkat di dalam penelitian. Di samping itu, akademisi dan peneliti bisa lebih melek terhadap perkembangan keilmuan. Keberadaan jurnal pun akan membantu dalam menemukan topik penelitian terbaru.

Setidaknya, membaca banyak jurnal akan memicu pembaharuan atau novelty pada penelitian berikutnya. Ini mutlak dibutuhkan oleh setiap penulis artikel jurnal atau peneliti. Mengapa sebuah artikel jurnal harus memiliki unsur pembaharuan? Karena tuntutan perkembangan zaman serta bidang keilmuan itu sendiri. Seperti halnya sosiologi yang mesti relevan dengan kemajuan dan perubahan masyarakat.

Masyarakat bergerak secara dinamis, seperti halnya pergantian waktu. Begitu pula dengan tulisan dan penelitian yang dilakukan tentu akan berdampak pada perubahan. Penelitian beberapa tahun lalu misalnya, topik yang sama akan menunjukkan hasil berbeda sekarang. Meskipun objek kajian tetap sama, pasti ada perbedaan yang ditemukan di lapangan, termasuk lingkungan. Itulah pembahasan lengkapnya, untuk Anda yang hendak mempelajari lebih lanjut mengenai sosiologi bisa kunjung website pendidikan teachersletterstobillgates.com yang membahas berbagai pelajaran lengkap.

Tinggalkan komentar